Bangsawan di Mata Rasulullah

Suatu hari Rasulullah SAW sedang berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Tiba-tiba seorang lelaki berpakaian bagus dan nampak berwibawa melewati mereka. Rasulullah SAW pun kemudian bertanya kepada salah seorang sahabat yang berada di dekatnya mengenai orang yang baru saja lewat tersebut.

Seorang sahabat segera menjawab, ”Wahai Rasulullah ia adalah seorang bangsawan, demi Allah pantas saja jika ia meminang seorang gadis pasti diterima, dan apabila ia membantu memintakan sesuatu untuk orang lain pasti akan dikabulkan.”

Rasulullah SAW hanya diam mendengar jawaban demikian.

Tak lama kemudian ada lagi orang lain yang melewati mereka dengan pakaian sederhana dan dalam tingkah yang biasa-biasa saja. Lalu Rasulullah SAW pun bertanya kembali kepada para sahabat di sekelilingnya. Bagaimanakah pendapat mereka tentang orang yang juga baru saja lewat.

Seorang sahabat menjawab, ”Wahai Rasulullah ia adalah seorang rakyat jelata miskin yang sangat layak bila pinangannya pasti ditolak. Dan jika memintakan bantuan untuk orang lain, pantas pula ditolak. Orang-orang dapat saja dengan mudah tidak mempercayai ucapan-ucapannya.”

Penyebab Umar Menangis di Hadapan Nabi

Umar bin Khattab merekam pengalaman mengharukan ketika berkunjung ke rumah Rasululah SAW. Umar menyaksikan pemimpin agung yang sangat dimuliakan itu sedang terbaring di atas tikar kasar nan rusak.

Kesedihan Umar bertambah ketika tekstur tikar usang itu membekas di punggung Nabi. Di hadapan Rasulullah, "Singa Padang Pasir" ini pun menumpahkan air matanya.

"Apa yang menyebabkan Engkau menangis, wahai Umar?" tanya Nabi.

"Aku melihat Kisra serta raja-raja lain menikmati tidur di atas ranjang mewah beralaskan sutera. Tetapi di sini Aku melihat Engkau tidur beralaskan tikar semacam ini."

Dengan lembut, Nabi menimpalinya dengan sebuah nasehat.

"Wahai Umar, tidakkah Engkau sependapat denganku. Kita lebih suka memilih kebahagiaan akhirat sedangkan mereka memilih dunia."

Toleransi Hasan Bashri Bertetangga Nasrani

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam  tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Jihad Jasmani dan Ruhani

Oleh H Ahmad Siroj Munir
اَلْحَمْدُ لله. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِيْمَانِ. وَأَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْجِهَادِ لِيَكُوْنَ اِيْمَانُهُمْ بِالِْاسْتِيْقِانِ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ  فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَ جَمِيْعَ الْمُكَلِّفِيْنَ أنْ يُؤْمِنُوا بِاللهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأخِرِ وَاْلقَدْرِ خَيْرِهِ وَشَرّهِ. وَجَاهِدُوْا الدَّعْوَةِ وَالتَّبْلِيْغِ وَتَعْلِيْمِ الدِّيْنِ وَاْلاِرْشَادِ. تَفُوْزٌُوْا فِي الدُّنْياَ مَعَ اْلفَائِزِيْنَ وَفِي اْلآ خِرَةِ مَعَهُمْ وَالنَّبِيِّيْنَ
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk beriman dan bertaqwa. Beriman ialah mempercayai kewujudan dan kebenaran Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari qiamat, serta dan qadla dan qadarnya. Sedangkan bertqwa ialah mengerjakan semua perintah Allah dan rasul-Nya dan menjauhi semua yang dilarang dengan perasaan ikhlas.
Menurut perhitungan yang sangat sederhana, bahwa orang yang bertaqwa kepada Allah SWT itu dituntut untuk menjalankan rukun-rukun Islam yang lima dan rukun-rukun iman yang enam. Namun, kami yakin bahwa hal tersebut tidak akan terpenuhi dengan baik tanpa jihad dan perjuangan.
Jihad atau perjuangan itu terbagi atas dua bagian. Pertama jihad jasmani, yaitu perjuangan fisik, atau pertempuran, seperti: perang badar, perang Indonesia melawan Belanda sebelum merdeka, perang Irak-Iran melawan Sekutu, dan lain-lain. Kedua, jihad ruhani, yaitu memerangi hawa nafsu, seperti membersihkan hati dari syak atau keraguan kepada Allah, sombong, iri hati, zholim, ujub dan lain-lainnya yang termasuk sifat-sifat tercela.

Ada Amal, Ada Balasannya

Oleh HA Siraj Munir
ألحَمْدُ لِلّهِ. ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ
Jama’ah Shalat Jum’at yang berbahagia
Umat Islam tentu mengetahui, mengakui dan menyadari dengan sepenuhnya, bahwa dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tidak ada menjadi ada; dari tidak berdaya menjadi berdaya, dan berdaya upaya; dari lemah menjadi dapat berbuat sesuatu; dari menangis menjadi kuat dan perkasa serta menguasai alam ini. Itu semua bertujuan agar manusia selalu mengabdi kepada-Nya. Kita diciptakan bukan supaya bermusuh-musuhan, bukan untuk saling membunuh, bukan untuk berfoya-foya, bukan untuk bersanang-senang yang dapat melupakan Sang Pencipta Allah Rabbul ‘Alamin, juga bukan untuk berbuat kerusakan. KIta diciptakan semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya.
Pengabdian hamba yang baik dan ihlas pasti tidak akan sia-sia. Karena disamping hal itu merupakan bukti kepatuhan dan ketaatan kepada penciptanya, kita juga akan diberi imbalan, balasan yang berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.