Ziarah Kubur di Bulan Sya'ban



Bulan sya’ban telah tiba, sebagian masyarakat kita menamakan bulan sya’ban dengan bulan ruwah. Kata ruwah identik dengan kata arwah, memang keduanya saling berhubungan.
Dinamakan bulan ruwah karena bulan ini adalah bulan di mana para arwah leluhur yang telah mendahului kita menengok keluarga yang ditinggalkan di dunia. Dan keluarga yang masih hidup berbondong-bondong mendoakan arwah para leluhur menjelang bulan ramadhan. Baik melalui do’a, sedekah, tahlil dan tahmid maupun langsung berziarah ke kubur.  
Bulan sya’ban menjadi bulan special, artinya ada beberapa tradisi yang berlaku di bulan ini yang tidak dilaksanakan pada bulan-bulan lain. Diantara tradisi itu adalah menengok makam atau meziarahi kubur orang tua, kakek-nenek, saudara, sanak family, suami atau istri, anak atau bapak yang telah mendahului.
Ada banyak macam nama untuk tradisi ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan atau di akhir bulan Sya’ban. Sebagian mengatakan dengan istilah arwahan, nyekar (sekitar Jawa Tengah), kosar (sekitar JawaTimur), munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadhan. 

Sesama Tokoh Agama Harus Saling Mengigatkan

Alkisah dalam suatu seminar dialog antar agama yang dilaksanakan forum kajian mahasiswa STAIN Jember, dimana hadir 3 nara sumber dari agama islam dan dari katolik. tiga nara sumber itu adalah KH Muchit muzadi, lora (gus)  Wasil Sarbini (pengasuh pesantren di jember yang dikenal sangat fasih memahami alquran dan injil) dan  Romo eko. Dialog antar agama berlangsung hangat dengan adanya dialektika dan sharing  bersama antar peserta tentang konflik agama, hingga jam 16.00 WIB acara seminar itu pun usai. Secara kebetulan romo eko dan kyai Muchit punya acara lagi yang sama di surabaya, panitia mengantar mereka berdua ke terminal Tawang alun. Saat hendak naik bis Akas (bis yang paling banyak armadanya di Jawa timur), Kyai Muchit berdoa.
"Bismillah", ucap kyai Muchit pelan tapi cukup jelas.
"bukan Bis Mila Kyai, tapi Bis Akas",  Romo Eko mengingatkan.
berhubung musim Hujan, maka berkali-kali halilintar menyambar. membuat bulu kuduk merinding. romo Eko yang duduk tepat di samping jendela kaca nampak agak takut.
"Haliluya" dengan spontan romo berteriak, ketika terdengar halilntar dengan suara menggelegar.
"Bukan Haliluya tapi halilintar", sahut Kyai Muhit
"oh ya kyai, sesama tokoh agama harus saling mengingatkan", balas Romo.

Istighotsah

Walaupun Istigasah sudah menjadi tradisi NU, tetapi  ada sekelompok anak muda yang kepingin menghilangkan tradisi itu.
�Ngapain kita masih Istighotsah kalau selama ini istighotsah hanya sia-sia�
�Mengapa sia-sia, ini kan dzikir dan do�a�
�Bagaimana nggak sia-sia, coba orang beristighotsah dengan histeris disertai derai airmata, untuk mempertahankan Gus Dur, Tapi kenyataannya Gus Dur tetap tidak bisa ditolong dari kejatuhannya�.
�Lhoh, Istighotsah itu ada hasilnya,� tangkisnya �kalau tidak dilakukan istighotsah Gus Dur akan jatuh lebih cepat�
�Apa iya.� Tanyanya ragu.

Deal

Seorang aktivis NU yang selama ini bersikap kritis, biasa berbicara keras tanpa memperhatikan resiko yang bakal dihadapi atau mengena orang lain. Persamaan dengan terjadinya perang Aceh itu ia membuat statemen berbeda dengan suara resmi NU. Hal kawan jangan bikin statemen yang krusial, karena itu bisa mengganggu deal yang sedang dilakukan bapak-bapak kita.
"Ngapain sih sejak dulu kok dal- dil mana dulnya." Tangkis si aktivis "Memang apa perlunya pakai dul segala ?"
"Lho ..iya ...dal-dil tanpa ada dul, ya seperti selama ini, sudah kehilangan visi, tetapi tidak mendapatkan duit maupun dingklik."

Satpam dan Hecker

Sejak NU Online diluncurkan di Gedung PBNU, isu mengenai Hecker marak dibicarakan oleh orang NU, dimana-mana bicara soal Hecker. mereka takut server NU Online yang disimpan diruang kaca itu di jebol oleh ulah Hecker, para satpam juga ikut nimbrung bicara hecker  sekaligus siaga klo-klo ada Hecker masuk, meskipun mereka belum tahu hecker itu apa. Suatu saat mereka memeriksa Ruang Redaksi NU Online, sebagai bagian dari prosedur tetap pengamanan Gedung, Si Satpam kaget begitu melihat pintu server terbuka dengan lebar, ia kaget, segera berteriak tolong ! tolong ! ada hecker masuk, panggil polisi cepat !!!, tangkap dia !!!

NU Airline dan Internit

Sejak NU online di Launcing banyak warga nahdliyyin yang berdatangan ke lantai 5 Gedung PBNU, ingin menyaksikan dari deket apa sih NU Online itu, Tak terkecuali H Endok dari Pulau Garam Madura. Sehari-hari dia berprofesi sebagai penyelenggara haji dikotanya sana, oleh karena itu ketika mendengar NU Online dari kyainya. Dia segera bergegas datang ke Jakarta,� wah inni besnis untung tak ie�, ujarnya dalam hati. Sesampai di PBNU dia ditunjukkan oleh satpam untuk naik lantai 5. Setelah memberikan salam, dia berjabat tangan dengan salah seorang Reporter NU Online, dia mengutarakan kebahagianya, �sayya senang NU tellah punya pesawat terbang sendiri NU Airline, singga sayya klo kirim haji bisa bayar murah, kan saya warga NU, pak� ?. Si reporter bingung, �lho ini bukan NU Airline Pak ini NU Online�, ini bukan pesawat tetapi internet NU, Pak !, dengan sigap H Endok menjawab, Apa internit ! �lho kata Kyai saya tehnologi cannggih pak, wallah ternyata cuman jualan bahan bangunan, klo itu sih Madurra banyak, nyesel aku�, sambil ngeloyor pergi.(AA)

Membangun Untuk NU

Untuk merealisasi ide pluralismenya, maka Gus Dur banyak melibatkan orang non NU, balk Islam maupun non Islam dalam PKB. Ada beberapa orang tokoh Islam modernis yang diangkat jadi pengurus partai itu, salah satunya dr. Sugiat, yang terpaksa harus mengikuti tradisi Gus Dur melakukan hal-hal yang selama ini dianggap bid'ah, churafat dan takhayul, seperti ziarah kubur, istighatsah dan khaul keliling di berbagai tempat.
Dan semuanya dijalani dengan senang hati. Barang kali itu memang keharusan politik, atau keharusan teologis wallau a'lam.
"Bersama Gus Dur saja telah menjalankan semua ritual NU dan yang lebih rnembanggakan lagi" kata dr. Sugiat "saya diminta Gus Dur untuk membangunkan rumah sakit untuk NU, ini gagasan sangat ideal untuk merukunkan NU-Muhammadiyah," katanya bersemangat di hadapan publik NU.
"Hebat ..hebat...sekali" seru para hadirin
"Ahh.... Kalau.. cuma itu sih kagak ada hebatnya !" "Jangan meremehkan gagasan orang," sela temannva
"Bukan meremehkan, tapi ini kenyataan" jawabnya" selama ini NU telah banyak membikinkan masjid. rumah sakit dan universitas untuk Muhammadiyah. Kalaupun mereka sekarang mau membikinkan anggap saja sebagai bayar hutang"

Kehilangan Masjid

Ada seorang datang dari kota ke sebuah pesantren NU, setelah sembahyang jamaah, is segera bergegas hendak pergi, tapi sandalnya telah lenyap dan ia segera lapor ke takmir masjid sambil ngomel-ngomel� " Masa orang selesai shalat malah mencuri sandal, ini benar benar tidak islami, ini harus ditangani biar tak malu-maluin orang NU"
"Ooo Allah Mas.. Mas... sampeyan kehilangan sepasang sandal aja sudah ngumpat ngumpat orang NU, padahal pencurinya belum tentu orang NU. Sementara NU kehilangan banyak masjid, rumah sakit dan universitas, tapi tidak pernah ribut"

NU Yang Lain

Pada saat peresmian NU Online di Hotel Borobudur Jakarta tanggal 11 Juli 2003, setelah sambutan, peresmian dan dialog interaktif, maka majulah seorang undangan untuk memberikan pendapat dan pandangannya, dalam penuturannya tersebut diungkapkan bahwa apabila NU Online disosialisasikan kepada warga NU, mohon hati-hati dalam penyampaiannya karena penyebutan kata "online" (terbaca: onlaen) dapat diartikan NU yang lain, katanya " Nanti dipikir Pak Hasyim mau buat NU yang lain seperti ributnya parpol saat ini" Hadirinpun tertawa Geerrrr.

Sholati di Bulan

Seorang kiai ditanya oleh jemaaahnya. " Pak Kiai, dengan majunya tekhnologi, orang khan sekarang sudah bisa menjejakkan kaki di bulan, lalu kalau mereka sholat, mereka menghadap kemana ? ".
Pak Kiai setelah tercenung sejenak karena bingung dan belum tahu kemajuan tekhnologi, akhirnya mendapat akal, lantas menjawab " Entar kalo sampeyan kesana, ajak saya dah, biar tak tunjukin arahnya " . . .

INUL

Waktu gusdur ditanya penonton wayang di TMII saat gelar da'wah LDNU:  "Gus....sopo presiden RI tahun 2004?" Jawab gusdur .........."INUL". Seketika penonton tertawa. "lho.....gus serious nich"
"iya......Insya Allah, NU, Lagi...." spontan penonton tepuk tangan.

Sandal Ketinggalan

Pada suatu saat acara pengajian yang diselenggarakan oleh LDNU di Musholla PBNU ada  beberapa ibu-ibu peserta pengajian yang berasal dari kampung gamprit bekasi iseng mencoba membuka lift, untuk naik kelantai atas, dasar orang udik salah satu ibu nyeletuk : "eh buka sandal ini khan suci!" spontan ibu-ibu buka sandal saat pintu lift terbuka. Setelah masuk dan pencet lantai 8 lift meluncur dengan cepatnya. setelah pintu lift terbuka dilantai 8 mereka bingung "lho.......mana sandal saya tadi?", dasar..........

Mana Yang Lebih Duluan

Disebuah pengajian mingguan, seperti biasa di hadiri para ibu dan para bapak. Setelah lama memberi khotbahnya pak kyai membuka forum diskusi pada para hadirin dan seorang ibu pun bertanya.
Ibu: pak kyai ada seorang berinisial A dan B dia berteman akrab sekali, kemana-mana bersama  sampai matipun bersama dan di masukin kekuburan pun bersama-sama, nah pak kyai menurut pak kyai mana yang lebih dahulu di tanya malaikat??
pak kyai:(seperti biasa pak kyai tidak kehilangan akalnya) dan spontan menjawab menurut abjad A lebih dahulu.
Ibu: grrrrrrrrr

Kitab Kuning

Suatu hari di sebuah pesantren ada pengajian yang membahas kitab kuning, semua santri membuka kitabnya masing-masing, tapi disebuah pojokan ada seorang santri yang tengah sibuk dengan kitabnya.tanpa disadari sang santri , pak kyai melihat aksinya dan mendekati dan bertanya " mana kitab kuningnya" santri kaget dan langsung menjawab "ini pak kitabnya baru saya warnai biar kuning soalnya ini kitab kopian . pak kyai ??????(Ds)

Mahasiswa IAIN dan Sang Nenek Madura

2  mahasiswa IAIN fakultas adab (sastra arab)  yang sedang berkunjung ke rumah neneknya di sampang madura saling berbincang-bincang dengan menggunakan bahasa arab dengan asyiknya.Karena udah terbiasa dengan percakapan bahasa arab dikos-kosan maupun di kampus, mereka sangat fasih dan lancar berdialog panjang, mengangka tema aktual seputar serangan amerika ke irak mulai pagi hingga siang.  sang nenek yang sedari tadi menghidangkan   minuman dan sepiring pisang goreng panas tak dicomot satupun. sang nenek yang sejak awal mendengarkan  pembicaraan mereka ragu-ragu untuk mempersilahkannya menyantap gorengan di meja, sekali, dua kali pikir-pikir, sang nenek  memberanikan diri mempersilahkan.

"ayo cong (panggilan untuk anak laki-laki), di minum dan makan pisang gorengnya, dari tadi koq mengaji  terus "kata nenek dengan bahasa madura medok.
sang teman yang diajak terdiam dan spontan lari keluar, menahan tawa.oh jadi sang nenek mengira perbincangan kami yang memakai bahasa arab tadi itu mengaji(alquran) toh.

Bahayanya Sifat Kikir dan Keutamaan Shadaqah

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Siti Aisyah RA bercerita, pada suatu ketika datanglah seorang perempuan kepada Rasulullah SAW sedangkan tangan kanan perempuan itu dalam keadaan melepuh. Perempuan itu berkata: "Wahai Rasulullah, mohonkanlah doa kepada Allah agar tanganku ini bisa sembuh seperti sedia kala". Rasulullah SAW bertanya: "Apa yang menyebabkan tanganmu melepuh seperti itu?".

Perempuan itu menjawab: "Wahai Rasulullah, pada suatu malam aku bermimpi seolah-olah kiamat telah terjadi dan neraka jahim telah dinyalakan. Dan di jurang neraka itu aku melihat ibuku memegang sepotong lemak di tangan kanan dan sebuah kain kecil di tangan kiri. Hanya kain kecil dan lemak itulah yang menjaga ibuku dari terjangan api neraka".

"Wahai Rasulullah, melihat keadaan ibuku aku menjadi iba kemudian aku bertanya kepadanya, "Wahai ibu, kenapa engkau di sini? bukankah engkau seorang ahli ibadah dan selalu taat pada suami?". Ibuku menjawab, "Benar wahai anakku, aku dulu memang ahli ibadah dan selalu taat pada suami.. tapi sebenarnyalah aku seorang yang kikir waktu hidup di dunia. Dan tempat ini adalah tempat golongan orang2 yang kikir." Kemudian aku bertanya, "Kalau kain kecil dan lemak yang ada di tanganmu itu apa ibu?" Ibuku menjawab, "Hanya inilah temanku di sini anakku, lemak dan kain kecil inilah yang pernah aku shadaqahkan selama hidupku di dunia. Dan kedua benda ini yang melindungiku dari terjangan api neraka." Kemudian aku bertanya, "Ayah di mana ibu? mengapa dia tidak menolong ibu?" Ibuku menjawab, "Ayahmu bersama dengan orang-orang yang dermawan, anakku.."

Kasih Sayang Rasulullah pada Fakir Miskin

Salah satu yang menonjol dari Rasulullah SAW adalah sikap beliau yang lemah lembut dan sangat berempati dengan fakir miskin. Sebagai seorang pemimpin, beliau sendiri mengesankan diri sebagai orang miskin. Sehari-hari beliau memakai pakaian katun atau wol yang sederhana, tinggal di rumah yang sederhana dan makan minum dengan hidangan yang sederhana pula.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah SAW kedatangan seorang tamu yang sedang risau. Setelah berjumpa dengan Rasulullah, tamu tersebut pun berkata: "Wahai utusan Allah, celakalah aku!" Serunya.

Mendengar keluh kesah tamunya tersebut Rasulullah pun kemudian bertanya: "Apakah gerangan yang membuatmu celaka?

Orang itu kemudian menjawab: "Aku berhubungan (intim) dengan istriku di (di siang hari) bulan Ramadhan".

Memadukan Ilmu dan Amal

Ilmu adalah karunia paling berharga yang diberikan Allah kepada manusia. Kemuliaan ilmu ini banyak ditegaskan oleh Al-Qur'an maupaun hadis Rasulullah SAW seperti hadis yang mewajibkan seluruh umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, atau keharusan menuntut ilmu dari sejak manusia dilahirkan hingga meninggal dunia (long life education).

Sedangkan ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan manusia. Rasulullah SAW mengibaratkan hubungan ilmu dan amal ini dengan pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya. Jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak berguna laksana pohon yang tak berbuah.

Dalam kitab Ta`limul Muta`allim, Syekh az-Zarnuji,  menerangkan bahwa banyak sekali umat Islam di masanya yang mengalami kegagalan dalam menuntut ilmu. Kegegalan yang dimaksud bukanlah kegagalan lulus atau tidak lulus dalam ujian sekolah. Akan tetapi lebih jauh lagi merupakan kegagalan sebab tidak dapat menjadikan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan kata lain, ilmu yang tidak dapat dipetik buahnya.

Firasat Muallaf

Tidak lama berselang sepulang dari menempuh pendidikan di sebuah pesantren, Yushar (nama samaran) berkenalan dengan seorang gadis dan kemudian ia jatuh cinta kepada Maria (nama samaran) gadis itu yang beragama kristen. Demi cintanya Maria pun melepaskan agamanya dan masuk agama Islam. Kemudian mereka menikah dan dikaruniai seorang anak.

Ada keinginan dalam diri Yushar untuk mengetahui Islam lebih dalam, bukan sekedar tulisan tapi makna di balik tulisan. Yushar pun pergi ke rumah seorang kiai dan mengutarakan keinginannya untuk belajar kepada beliau tentang Islam lebih dalam.

Awalnya pak kiai ini menolak, namun Yushar tetap memaksa. Akhirnya kiai ini pun mengiyakan permintaan Yushar dan pengajian ini dilaksanakan di rumah Yushar. Seminggu sekali atau terkadang dua kali pak kiai ini ke rumah Yushar memberikan uraian tentang makna ayat-ayat  al-qur'an dan hadits berikut penerapannya dalam kehidupan dan tanpa diketahui pak kiai dan Yushar, ternyata Maria, istri Yushar mendengarkan dan menyimak apa-apa yang disampaikan pak kiai kepada Yushar.

Madinah dan Indonesia

Nabi Muhammad SAW berada di Makkah selama 13 tahun untuk membangun komunitas yang militan. Beliau melakukan proses kaderisasi yang ketat dengan menggelorakan ukhuwah islamiyah. “Yang Islam saudara, yang bukan Islam bukan saudara.” Inilah generasi pertama Islam.

Setelah itu beliau pindah ke kota Yasrif (Madinah). Kota ini ternyata sangat majemuk. Penduduk Islam lokal namanya Ansor, para pendatang dinamakan Muhajirin, dan orang Yahudi di sana terdiri dari tiga suku besar. Masih ada juga golongan lainnya musyrik dalam jumlah kecil.

Setelah melihat masyarakat Yasrif yang majemuk, maka Nabi Muhammad tidak lagi menggunakan istilah ukhuwah Islamiyah, tetapi ukhuwah madaniyah, persaudaraan untuk seluruh penduduk. Semua sama kedudukannya dalam hukum, siapapun dia. Siapapun yang salah, tidak melihat sukunya harus dihukum. Demikian sebaliknya. Inilah yang dinamakan tamaddun. Maka Yasrif kemudian diubah namanya menjadi Madinah.

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy

Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang dihadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab baduwi? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang baduwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?”

Mendamaikan Pertikaian

Sepanjang hidupnya Rasulullah SAW senantiasa mengedepankan perdamaian di antara kaumnya, baik sebelum Beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul melalui pemberian wahyu yang pertama kali diterimanya di gua Hira, maupun kelak ketika Beliau telah berhasil memimpin puluhan ribu prajurit dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan pasukan musuh.

Suatu ketika, pada masa Rasulullah masih belia, terjadi pertikaian yang cukup panas antara dua klan yang bertetangga di dalam keluarga suku Qurays. Hingga ketika disepakati sebuah gelar perang antara dua klan yang saling berseteru ini. Maka pada hari yang telah ditentukan, Rasullullah berada persis di tengah-tengah gurun yang disepakati sebagai medan perang.

Bagi Muhammad muda waktu itu, keadaaan benar-benara mendebarkan, karena ia hanya seorang diri di tengah-tengah kerumunan massa yang ingin saling menghancurkan dan saling membinasakan.

Perjalanan Taubat

Suatu ketika, Rasulullah SAW menyampaikan kisah seorang anggota sebuah "geng" Bani Israil yang telah membunuh sembilanpuluh sembilan orang sebelum Islam datang. Dalam kisahnya, Rasulullah SAW menceritakan bahwa orang ini kemudian menyesal dan ingin bertaubat. Maka ia pun lalu mendatangi seorang pendeta. Ia menanyakan apakah Allah masih berkenan menerima taubatnya, mengampuni dan melimpahkan rahmat kepadanya?

Sang Pendeta mengatakan bahwa dia sudah terlalu jahat, dosanya sudah terlau banyak dan tidak bisa diampuni lagi. Demi mendengar jawaban sang rahib yang mengatakannya sudah terlalu jahat, maka ia menjadi marah dan membunuh Pendeta tersebut, sebagai orang keseratus yang dibunuhnya.

Sayyidina Ali dan Seorang Tua Nasrani

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya setiap pagi dan sore Allah SWT selalu memandang wajah orang yang sudah tua, kemudian Allah SWT berfirman: Wahai hamba-Ku, semakin tua usiamu, semakin keriput kulitmu, semakin lemah tulangmu, semakin dekat ajalmu, semakin dekat pula engkau bertemu dengan-Ku. Malulah karena-Ku, karena Aku pun malu melihat ketuaanmu, dan Aku pun malu menyiksamu di dalam neraka.

Dikisahkan bahwa pada suatu ketika Sayyidina Ali KW sedang tergesa-gesa berjalan menuju masjid untuk melakukan jamaah shubuh. Akan tetapi dalam perjalanan - di depan beliau - ada seorang kakek tua yang berjalan dengan tenang. Kemudian Sayyidina Ali memperlambat langkah kaki tidak mendahuluinya karena memuliakan dan menghormati kakek tua tersebut. Hingga hampir mendekati waktu terbit matahari barulah beliau sampai dekat pintu masjid. Dan ternyata kakek tua tersebut berjalan terus tidak masuk ke dalam masjid, yang kemudian Sayyidina Ali KW akhirnya mengetahui bahwa kakek tua tersebut adalah seorang Nasrani.

Rumah Tangga yang Romantis

Suatu ketika Rasulullah SAW mengajak istrinya Aisyah RA berlomba pacuan kuda. Aisyah mengatakan: “Rasulullah beradu kecepatan denganku, dan aku berhasil unggul dalam hal kecepatan.” Sebagai pemimpin perang yang tangguh semestinya Rasulullah menang atas Aisyah. Kenyataannya tidak. Aisyah yang menang.

Aisyah melanjutkan kisahnya: “Namun saat badanku berbobot (bertambah gemuk, red) kami kembali beradu kecepatan, dan beliau mengungguliku.” Rasulullah menyindir: “Ini sebanding dengan keunggulan sebelumnya (point sekarang 1-1, red).” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Kewajiban pertama seorang suami terhadap istrinya adalah mempergaulinya dengan baik. Allah SWT berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka karena suatu hal, (ingatlah) bahwa dalam segala hal Allah menjadikan kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19).

Kiai dan Lou Han

Ketika jenis ikan hias itu diperkenalkan harganya bukan main mahal, apalagi yang didatangkan dari malaysia. Lou Han jenis Kim Wa saat ini harganya puluhan juta. Seorang Kiai muda yang punya bakat bisnis beli indukan ikan hias yang lagi ngetren tersebut seharga 50 juta sepasang yang siap ternak.
Ikan dibawa dari importir di Surabaya dengan perjalanan darat, selama 4 jam. Sesarnpai dirumah waktu telah malam dan ngantuk karena leleh, sementara paket ikan langsung diberesi para santrinya.
Usai sholat subuh sang Kiai makan pagi, karena malam tak sempat makan, habis makan baru ingat ikan kesayangannya kepada para santri."Mana ikan yang barusan datang tadi malam ?"tanyanya ya itu tadi yang sudah dimakan Pak Kiai !" Jadi ikan lou han itu kamu masak?" Ya kiai Waduh cilaka.. cilaka, ! Itu ikan untuk diternak bukan untuk digoreng! Lalu apa daya Kiai ikan telah jadi santapan?!.

Rezeki Tiban

Masih sisa-sisa kisah harganas x. Seperti yang sudah diketahui , pada Harganas kemarin Lumajang kebanjiran tamu dari berbagai pelosok daerah Nusantara. Dengan hotel yang jumlahnya minim, maka banyak tamu yang harus tinggal di Home Stay berbaur dengan warga.
Konon, Pemkot. sudah menentukan tarif untuk tinggal di sebuah keluarga. Termasuk beaya makan yang sehari Rp 10.000,00 sekali makan. Sebelum hari H- Home Stay tadi sudah dibayar oleh Pemkot.Lumajang .
Ndilalah, pada hari H, tamu bu Ahmad tidak jadi datang. "Bagaimana ini ya, apa uangnya harus di kembalikan ?" tanya bu Ahmad bingung sebab dia sudah belanja untuk menyambut tamunya. Yu Nem yang nguping juragannya antusias menjawab, " Wah, ndak usah Bu. Ini kan namanya rezeki tiban dari Tuhan !"

K.H. Saifuddin Zuhri Ulama Sejarawan



Pengantar
Banyak ulama besar yang berasal dari kalangan rakyat jelata, di antaranya adalah Kiai Siafuddin Zuhri, anak seorang santri kampung, kemudian belajar agama di madrasah dan selanjutnya belajar di masyarakat selama revolusi. Namun demikian kontribusinya NU sangat besar, tidak hanya secara material, bagaimana dia menyumbangkan hektaran tanah pada organisasi ini, juga gigih mengembangkan NU di kalangan pedesaan dan di lingkungan kaum pergerakan.
Dan yang lebih penting lagi adalah kontribusinya dalam penyediaan bahan bagi penulisan sejarah NU pada umunya, sebab dia adalah seorang kader yang sangat sadar terhadap sejarah, sehingga banyak membuat catatan sejarah yang merupakan kesaksiannya terhadap peristiwa yang dilihat dan dialami sendiri. Dari berbagai catatannya terbit menjadi berbagai buku yang banyak sekali jumlahnya. Selain itu masih banyak artikel lepas di berbagai media dan makalah seminar serta pidato yang belum diterbitkan. Semuanya menjadi bahan sumber yang sangat penting sehingga menjadi bahan telaah yang tak habis-habisnya bagi para peminat atau penulis sejarah.


KH. Ruhiat Cipasung Seorang Ajengan Patriot


KH. Ruhiat adalah tokoh terkenal pada zamannya karena dialah pendiri pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Namun generasi saat ini kurang lagi mengenal ketokohannya. Bahkan puteranya yaitu KH Iyas Ruhiat lebih dikenal apalagi setelah menduduki jabatan tertinggi di NU sebagai Rais Aam. Hal itu bisa dimengerti, kiai sepuh tersebut telah meninggal 29 tahun lalu. Tanggal 17 Dzulhijjah 1426 H yang bertepatan dengan 17 Januari 2006, adalah haul (peringatan hari wafat) ke-29 KH. Ruhiat.
Pesantren Cipasung saat ini merupakan pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa Barat. Perannya dalam penyiaran agama, pengembangan masyarakat dan menjaga harmoni sosial sangat besar. Selain keteguhannya mengembangkan pesantren yang responsif pada perkembangan dunia pendidikan, pada masa penjajahan, Ajengan Ruhiat juga seorang patriot yang mengorbankan tenaga dan pikirannya untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

Asrul Sani Budayawan Aristokrat yang Merakyat

Sejak dalam usia muda (13 tahun) Asrul telah hijrah dari sekolah HIS di pasaman Sumatera Barat, ke sekolah SMP Budi Utomo dan Taman Siswa Jakarta, saat tu pula mulai malang melintang dalam dunia pemikiran kebudayaan dan pemikirannya sangat di segani karena memang berharga. Setelah tamat SMA, ia melanjutkan ke jurusan Kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor, mengajukan di sertai dengan judul Peran Kebudayaan dalam Pengembangan Tehnologi Peternakan, tetapi kemudian seorang pembimbingnya meninggal, sementara yang satu lagi pulang ke negaranya, Jerman. Maka putuslah usaha yang sebenarnya kurang di minati itu, sebab tampaknya ia lebih berminat menekuni bidang kesusastraan dan kebudayaan, dengan membaca berbagai karya di bidang tersebut di Museum Nasional, perpustakaan pribadi beberapa tokoh dan sebagainya.
Di sekolah Taman Siswa itulah Asrul duduk sekelas dengan Pramoedya, Pram mengakui kecerdasan anak ini, sebagaimana di lukiskan dalam buku "Nyanyi Sunyi Serang Bisu" . Ketika Asrul Sani berbicara tentang Heinrich Heine, aku harus membuka kuping dan mulut ternganga-nganga, begitu pula ketika berbicara tentang bahasa dan stilistika sangat fasih dan berlagak aristokrat. Dia membaca dan memiliki pengetahuan yang aku tidak punya.

H. Usmar Ismail Tokoh Revolusioner Abad 20



Jakarta.Nu.Online.Gelar sebagai bapak perfilman nasional bagi Usmar Ismail bukanlah yang di terapkan begitu saja terhadap Ketua Umum Lesbumi ini secara serta merta, melainkan merupakan hasil perjuangan keras yang di tempuh sejak masa kanak-kanak. Anak Minang yang lahir di Bukittinggi 20 Maret 1921 ini di didik keluarganya sangat ketat dalam beragama, namun ia mempunyai hobi yang saat itu di pandang sebagai melanggar ajaran agama yaitu menonton film di gedung bioskop, bahkan si anak hingga pada taraf kecanduan, sehingga palang pintu rumah bahkan cemeti sang ayah tidak mampu menghalangi hasrat sang anak terhadap film.
Bahkan pada bulan Ramadhan ketika yang lain tekun menjalankan salat tarawih di masjid, sebaliknya ia malah khusuk menyimak film di gedung bioskop. Bahkan ketika melanjutkan sekolah di Mulo Padang, kebiasaan tersebut tidak sirna, malah semakin menjadi-jadi. Kalau tidak ada uang juga tidak menjadi masalah sebab ia bisa bersekongkol dengan penjaga pintu bioskop yang kebetulan bekas teman sekolahnya, sehingga bisa menyelundupkan Usmar masuk gedung tatkala semua penonton telah masuk.
Usai menamatkan Mulo di Padang Usmar melanjutkan pendidikan ke AMS (Algemene Middlebare School) di Yogjakarta, semasa di AMS tahun 1940-an itu Usmar mulai aktif belajar teater, hingga suatu ketika ia

K.H. Hasyim Muzadi NU Bukan Demi Kekuasaan


Jakarta. Nu. Online
Sebagai ormas terbesar dengan jumlah anggota mencapai 35 juta orang, warga NU tidak boleh dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat. Kebesaran nama baik NU, bagi Muzadi, tidak boleh dipertaruhkan demi kepentingan kekuasaan. Ia juga ingin menjaga agar Umat Islam, terutama kaum nahdliyin, tidak terkotak-kotak dalam politik aliran. Namun, bila ada warga NU yang ingin aktif di politik, sama sekali tidak ada halangan. Tetapi, tidak membawa bendera NU secara kelembagaan dalam kiprah politiknya. Paling tidak, hal itu berlaku untuk masa sekarang.
Namun menurutnya, sepanjang mereka membawa visi nasional Indonesia secara utuh, akan disambut baik. NU akan merespons siapapun ketika yang dibicarakan itu masalah nasional dan utuh. Ketika mereka melakukan (atau) tampil sebagai partisan politik, itu ya terserah anggota saya, mau pilih atau tidak.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi dalam menjalankan organisasinya memiliki prinsip bahwa NU tidak akan berpolitik praktis dengan mengubah diri menjadi partai politik (parpol) pada Pemilu 2004. Menurut dia, pengalaman selama 21 tahun sebagai partai politik cukup menyulitkan posisi NU.

Rezeki Tiban

Masih sisa-sisa kisah harganas x. Seperti yang sudah diketahui , pada Harganas kemarin Lumajang kebanjiran tamu dari berbagai pelosok daerah Nusantara. Dengan hotel yang jumlahnya minim, maka banyak tamu yang harus tinggal di Home Stay berbaur dengan warga.
Konon, Pemkot. sudah menentukan tarif untuk tinggal di sebuah keluarga. Termasuk beaya makan yang sehari Rp 10.000,00 sekali makan. Sebelum hari H- Home Stay tadi sudah dibayar oleh Pemkot.Lumajang .
Ndilalah, pada hari H, tamu bu Ahmad tidak jadi datang. "Bagaimana ini ya, apa uangnya harus di kembalikan ?" tanya bu Ahmad bingung sebab dia sudah belanja untuk menyambut tamunya. Yu Nem yang nguping juragannya antusias menjawab, " Wah, ndak usah Bu. Ini kan namanya rezeki tiban dari Tuhan !"

Islam Kekanak-kanakan 1

Ada seorang anak Muda NU yang barusan pulang sekolah dari Timur Tengah, tentu saja di sana dia belajar pemikiran berbagai tokoh kontemporer, seperti Hasan Al Banna, Sayid Qutub, Yusuf Qardawi dan sebagainya, makanya ketika balik lagi ke pesantrennya melihat semua yang ada di pesantren tidak islami, karena itu perlu diislamkan kembali. Untuk melaksanakan misinya itu, ia berusaha mengganti kitab yang dikaji di pesantren, membakar beduk, menggantinya dengan speaker.
Akhirnya masyarakat pesantren goncang, mau melakukan aksi balasan, tetapi dicegah oleh kiai sepuh.
Si santri muda dipanggil, "Semangat anda untuk pembaruan bagus, tetapi jangan menghancurkan yang sudah ada. Kalau anda suka speaker, tapi jangan membakar beduk itu kan karya masyarakat se desa, makanya mereka marah. Tetapi beduk kan bid'ah, Nabi tidak pernah menggunakan beduk". "Sama juga kan, speaker juga tidak ada di zaman nabi" sergah Kiai" karena itu biarkan keduanya berdampingan, secara rukun. Beragamalah dengan dewasa, jangan kekanak-kanakan ! ''Kiai menasehati.

Pluralis Kekanak-kanakan

Seorang aktivis muda NU sangat menghayati arti pluralisme, pendeknya tidak ada kehidupan bersama bisa berlangsung damai tanpa sikap itu, maka ia pegangi sikap itu secara fanatik, pokoknya berniat akan membuang semua sekat etnis dan keagamaan yang masih melekat.
Suatu hari is mendeklarasikan dalam sebuah seminar, bahwa untuk membuktukan sikap pluralismenya, maka ia berjanji tidak mau kawin sesama islam, apalagi sesama anak NU, sebab is sendiri anak seorang kiai ia menegaskan bahwa dirinya hanya akan kawin dengan anak seorang pastur.
"He... entar dulu Mas, pastur itu kan tak punya anak, karena tidak boleh kawin" sela temannya.
"Masa iya ? " tanyanya seolah tak percaya "Tuhan aja boleh punya anak masak Pastur tak punya anak !"

Resiko Pembaharu Populis

Ketika perdebatan pembaruan ahlussunnah memuncak, maka diselenggarakan seminar serius untuk mempertemukan dua kubu yang bertikai, termasuk pelopor pembarunya. Sebagai sarjana yang baru pulang dari Mekah Said Agil agak keder menghadapi kegarangan penentangnya, tetapi Ketua PBNU Gus Dur, bilang, tenang aja, nanti saya akan dampingi sampean para kiai tidak akan menggorok sampean. Maka dengan tenang Kiai Said Agil menghadiri ruang seminar, hingga seminar dimulai sampai berakhir, Gus Dur tidak pernah datang, sementara Said Agil digebuki babak belur, dan ia merasa dirinya dilempar Gus Dur ke ladang pembantaian.
Said Agil hanya bisa menggerutu, dan gerutuannya itu lama-kelamaan ada yang menyampaikan ke Gus Dur. Dengan santai Gus Dur menjawab, ha .. ha ..ha..baru tau, begitulah kalau mau melakukan pembaruan di NU, memang penuh risiko, pembaruan populis harus siap digebuki umat, saya dulu juga dibegituin kok. Itu bedanya dengan pembaruan dikalangan Islam kota yang burjuis, berjalan mulus, tanpa resiko, tetapi ya itu ...berlalu... tanpa bekas".

NU Sudah Punya Internit

Dalam rangka launching NU online, salah satu agendanya yaitu sosialisasi via jawa pos dan media indonesia. Sosialisasi Nu. Online via jawa pos dikemas dalam iklan kemitraan bersama yang mengundang tokoh masyarakat, tokoh agama, perusahaan, partai politik dan jajaran pemerintahan khususnya bupati-bupati di wilayah basis NU, seperti wilayah tapal kuda (banyuwangi, jember, bondowoso, situbondo) untuk memasang iklan dengan tarif dan ukuran yang beragam. Setelah proposal terkirim, Situbondo adalah salah satu  kabupaten yang berminat masang iklan. kemudian panitia launching untuk sponsorship terus memfollow-up  dengan cara telpon, karena yang dituju bupati, maka jalur birokrasi berlaku. sebelum bisa ke ajudan bupati telpon harus melalui deretan panjang yang dimulai dari penjagaan.
"Assalamu'alaikum, sapa  panitia sok ramah"
"Wa'alaiakum salam, balasnya dengan khas dialek maduranya"
"ini kami dari PBNU Jakarta. atas nama panitia  peluncuran NU Online...., kata panitia membuka pembicaraan, namun belum selesai bicara, satpam tersebut langsung memotong pembicaraan.
"Oh iya, yang dari PBNU tentang internit itu yaaa. balasnya cepat.
Sejak kapan NU jualan internit. ???????????????

SESAMA NAHDLIYIN DILARANG MENDAHULUI.

Masih tentang Harganas X di kabupaten Lumajang. Peristiwa tidak diundangnya PC Muslimat Lumajang ternyata juga menimpa pasangannya  yaitu PCNU Lumajang. Entah kenapa, untuk peristiwa ber even besar seperti Harganas tersebut kok juga tidak tidak mengundang NU Kab.Lumajang. Sebuah organisasi bermassa besar tidak hanya di Lumajang tapi juga di Indonesia.
Hampir semua orang yang merasa NU juga merasa heran, kok bupatinya tidak undang-undang NU dalam gawenya kali ini?! Lantas timbul perbincangan miring, katanya karena pak Bupatinya sudah habis masa bhaktinya. Dan akan maju lagi dalam pencalonan bupati selanjutnya. Lho, apa hubungannya dengan tidak diundangnya NU ?  Telusur punya telusur, mungkin karena tahun ini ternyata ketua NU Lumajang juga maju jadi balon (bakal calon) Bupati Lumajang perioda berikutnya.
"OOO...,jadi, tidak diundangnya PCNU Kab.Lumajang karena ketuanya bakal jadi calon bupati toh . Takut tersaingi, begitu !?" tanya Cak Mat pada pak Dul.
"Bisa jadi begitu, kan pak Bupatinya juga orang NU. Mungkin saja sama-sama orangan NU dilarang menyalip jadi Bupati. Gitu ! " jawab pak Dul tanpa ekspresi.

NU Harus landing

Dalam sebuah acara seminar yang diadakan PW NU yang menbahas tentang NU kedepan, seorang peserta dari daerah sedang menyampaikan pandangannya, dengan sangat bersemangat dan penuh ekpresi layaknya seorang narasumber, peserta tersebut mengatakan " Dalam 5 tahun kedepan, warga NU sudah harus LANDING " sambil mengangkat tangannya menirukan pesawat yang sedang terbang ( take off ), tentu saja peserta lainnya malah tertawa melihat ekpresi peserta tsb, antara ucapan dan ekpresi tidak sambung. Saking semangatnya sampai salah

NU Online

Ketika NU memulai membangun program Website NU Online, beberapa pengurus wilayah dan cabang dilatih dan diberi seperangkat komputer untuk menunjang kegiatan tersebut. Pelatihan diikuti serius, karena peserta tidak ingin ketinggalan teknologi.
Walaupun mereka tidak mengenal program imptek (iman dan teknologi) seperti dikempanyekan Islam kota, tapi dalam soal apresiasi teknologi mereka sangat tinggi Dalam pelatihan itu tentu saja memasukkan materi peliputan, dalam setiap diskusi salah seorang peserta selalu keliru menyebut jurnalistik menjadi jurnalistrik. Beberapa kali kesalahannya itu dibetulkan oleh fasilitator, tetapi masih salah terus Akhirnya lama-lama ia kesal juga, "Oke lah pak yang penting antara jurnalistik dan jurnalistrik itu sama"
�Ya tidak sama yang satu itu media masa yang satu barang elektronik�,
"Tapi fungsinya sama"
"Apa memang kesamaaanya ?" tanya fasilitator.
"Sama-sama sarana penerangan. Tanpa keduanaya dunia gelap gulita"

Kyai Bingung

Akibat dibilangin sama petugas engenering bahwa lift di kantor PB NU nggak mau jalan gara-gara para pengunjung tidak mau menjawab salam elektro dan lebih senang mengucapkan selamat pagi, sang kiai jadi berfikir bagaimana caranya agar beliau tidak meninggalkan tradisi nabi menjawab dan mengucapkan salam, tapi juga tidak bertentangan dengan kebiasaan orang-orang menggunakan 'selamat pagi'.
Sekali waktu beliau hendak ke kantor PBNU, di tengah jalan beliau masih bingung mau ngucapin apa nanti, ketika beliau nyampe' di kantor PBNU.
pusing .... ! begitulah kira-kira.
akhirnya ketika beliau nyampe' dan panggilan salam elektro berbunyi, sementara belia masih bingung, akhirnya reflek tanpa sengaja ia bilang "selamat pagi warahmatullahi wabarakatuh.

LIFT

Sejak Gedung PB NU baru diresmikan, maka penziarah seusai mengunjungi makam Walisongo sudah dipastikan menyempatkan diri berkunjung ke kantor NU, seolah menjadi wali kesepuluh.
Mereka� datang dari daerah, untuk menyaksikan kemegahan gedung NU yang mereka bangggakan itu.� Satu hal yang mereka idamkan adalah bisa naik turun lantai tanpa kelelahan karena memakai lift, yang mereka anggap sebagai mainan gratis.
Suatu hari ada sekelompok rombongan yang baru datang dari pelosok Jawa Tengah dan langsung ingin mencoba naik lift, sambil mau melihat isi kantor NU itu. Ketika pintu lift terbuka, dan tiba-tiba salam diucapkan dengan suara merdu, mereka segera menjawab bersama "wa�alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh".
Mereka mengira salam itu dari pengururs PBNU, Ibu Muslimat atau Mbakyu Fatayat yang menyambut kehadiran mereka. Setelah itu baru membungkuk sopan satu persatu memasuki lift, sambil melongok kiri-kanan mencari orang� yang mengucapkan salam tadi.
�Wah ini Salam dari alam gaib� kata pemimpin rombongan (MdZ)

Isra’ Mi’raj Momentum Membersihkan Hati

Seperti telah termasyhur diceritakan bahwa diantara kejadian istimewa yang terjadi pada diri Rasulullah saw sebelum perjalanan mi’roj adalah pencucian hati beliau oleh malaikat Jibril dan Mikail as dengan air zam-zam. Mengapa yang dicuci adalah hati, bukan usus atau ginjal, alat vital dalam metabolime tubuh?
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا لله. اَلْحَمْدُ لله   الذى مُقَلِّبِ الْقُلُوْبِ، وَعَلاَّمِ الْغُيُوْبِ، وَقَابِلِ التَّوْبَةِ مِمَّنْ يَتُوْبُ، شَدِيْدِ الْعِقَابِ عِنْدَ قَسْوَةِ الْقُلُوْبِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، أَمَرَ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَنَهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ كَانَ يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ. صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ مَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. أَيَّهُا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بتقوالله وقد فازالمتقون

Langkah-langkah Aswaja dalam Memutuskan Masalah Keagamaan

Di dalam memutuskan suatu masalah, tentu kita tidak dapat memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang cermat terhadap masalah tersebut. Kita tidak menghalalkan sesuatu atau mengharamkan sesuatu, kecuali dengan dalil-dalil yang jelas.
Jangan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, dan jangan pula menghalalkan apa yang diharamkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Di dalam Ilmu Fiqih apabila kita melihat suatu perbuatan di tengah-tengah masyarakat, kita tidak bisa dengan secepat mungkin berkata halal atau haram.
Adapun langkah-langkahnya, sebagai berikut; pertama, Kita melihat apakah perbuatan tersebut ada perintahnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah? Kedua, Apabila perbuatan tersebut, tidak ada perintahnya baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan tersebut?
Ketiga, kalau perintah terhadap perbuatan tersebut tidak ada dan juga larangannya, di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ada, kita tinjau kembali; apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama? Keempat, kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau kembali, apakah perbuatan tersebut ada madlaratnya (bahayanya) terhadap agama?

Hadiah Fatihah

Di antara tradisi umat Islam adalah membaca surat al-Fatihah dan menghadiahkan pahalanya untuk Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. Para ulama mengatakan bahwa hukum perbuatan ini adalah boleh.
Ibnu 'Aqil, salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali mengatakan: "Disunnahkan menghadiahkan bacaan Al-Qur'an kepada Nabi SAW.
Ibnu 'Abidin berkata: "Ketika para ulama kita mengatakan boleh bagi seseorang untuk menghadiahkan pahala amalnya untuk orang lain, maka termasuk di dalamnya hadiah kepada Rasulullah SAW. Karena beliau lebih berhak mendapatkan dari pada yang lain. Beliaulah yang telah menyelamatkan kita dari kesesatan. Berarti hadiah tersebut termasuk salah satu bentuk terima kasih kita kepadarlnya dan membalas budi baiknya.”
“Bukankah seorang yang kamil (tinggi derajatnya) memungkinkan untuk bertambah ketinggian derajat dan kesempurnaannya. Dalil sebagian orang yang melarang bahwa perbuatan ini adalah tahshilul hashil (percuma) karena semua semua amal umatnya otorrntis masuk dalam timbahan amal Rasulullah, jawabannya adalah bahwa ini bukanlah masalah. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan dalam Al-Qur'an bahwa Ia bershalawat terhadap Nabi SAW kemudian Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi dengan mengatakan:
اَللّهُمَّ صَلِّي عَلَى مُحَمَّدٍ
Ya Allah berikanlah rahmat kemuliaan buat Muhammd. Wallahu A’lam.” (lihat dalam Raddul Muhtar 'Alad-Durral Mukhtar, jilid II, hlm. 244)

Mereka Bertanya tentang Barokah

Barokah atau berkah oleh para ulama yang mula-mula menyebarkan Islam di Indonesia disimbolkan dengan “berkat” atau oleh-oleh yang dibawa dari acara hajatan atau tasyakuran. Di kalangan pesantren, barokah didefinisikan secara singkat dengan kata majemuk “jalbul khoir” atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan. Definisi ini memang sangat umum dan belum bisa menjelaskan arti barokah. Uraian berikut semoga bisa memberikan penjelasan itu secara lebih gamblang. (red)
Ketika bayi Muhammad SAW lahir, ia disusui oleh seorang ibu dari Bani Sa'ad bemama Halimah Sa'diyah. Bani Sa' ad adalah salah satu marga dari suku Quraish di Makkah. Sebelum kehadiran bayi Muhammad SAW, kondisi kehidupan Bani Sa'ad dalam keadaan paceklik yang tergambarkan pada kurusnya binatang ternak, keringnya kantong susu, ketidak­suburan tanah dan minimnya hasil tanaman.
Setelah bayi Muhammad SAW dibawa oleh Halimah ke kampung Bani Sa'ad, ternak berangsur gemuk, kantong susu ternak pun menjadi penuh, dan tanah berubah menjadi subur. Terutama kehidupan keluarga Halimah menjadi sejahtera.
Perubahan kondisi yang terjadi, diakui bahwa kehadiran bayi Muhammad SAW di Bani Sa' ad telah membawa barokah. (Terjemahan singkat dari kitab Dalail An-­Nubuwwah, Baihaqy 1:107)

Bagaimana Hukumnya Taqlid?

Bagi orang awam taqlid atau mengikuti ulama mujtahid yang telah memahami agama secara mendalam hukumnya wajib, sebab tidak semua orang mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk mempelajari agama secara mendalam. Allah SWT berfirman :
وَمَاكَانَ اْلمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْاكَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِنْ كُلِ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِيْنِ وَلِيُنْدِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَارَجَعُوْا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Tidak pantas orang beriman pergi ke medan perang semua, hendaknya ada sekelompok dari tiap golongan dari mereka ditinggal untuk memperdalam agama dan memberikan peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, mudah-mudahan mereka itu takut.” (QS At-Taubah: 122)
Dalam ayat ini jelas Allah SWT menyuruh kita untuk mengikuti orang yang telah memperdalam agama. Dalam ayat lain secara lebih tegas Allah SWT berfirman:
فَسْئَلُوْااَهْلَ الذِكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
Maka hendaknya kamu bertanya kepada orang-orang yang ahli Ilmu Pengetahuan jika kamu tidak mengerti.” (An-Nahl: 43)

Berziarah ke Makam Rasulullah

Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya.  Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.
Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya. Rasulullah SAW sendiri bersabda:
مَنْ جَائَنِي زَائِرًا لَمْ تَدْعُهُ حَاجَةٌ اِلاَّ زِيَارَتِي كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ تَعَالَى أنْ أكُوْنَ شَفِيْعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Siapa saja yang datang kepadaku untuk berziarah, dan keperluannya hanya utnuk beziarah kepadaku maka Allh SWT memberikan jaminan agar aku menjadi orang yang memberi syafa’at (pertolongan) kepadanya di hari kiamat nanti. (HR Darul Quthni)
ِApalagi ziarah itu dilakukan pada saat melakukan ibadah haji. Dalam hadits lain disebutkan:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَجَّ فَزَارَ قَبْرِي بَعْدَ مَوْتِي كَانَ كَمَنْ زَارَنِيْ فِي حَيَاتِهِ
Dari Ibn 'Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)

4 Madzhab dalam Ilmu Fiqih

Ahlussunnah wal Jama’ah berhaluan salah satu Madzhab yang empat. Seluruh ummat Islam di dunia dan para ulamanya telah mengakui bahwa Imam yang empat ialah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hambal telah memenuhi persyaratan sebagai Mujtahid. Hal itu dikarenakan ilmu, amal dan akhlaq yang dimiliki oleh mereka. Maka ahli fiqih memfatwakan bagi umat Islam wajib mengikuti salah satu madzhab yang empat tersebut. <;/font>
Madzhab Hanafi
Dinamakan Hanafi, karena pendirinya Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir pada tahun 80 H di Kufah dan wafat pada tahun 150 H. Madzhab ini dikenal madzhab Ahli Qiyas (akal) karena hadits yang sampai ke Irak sedikit, sehingga beliau banyak mempergunakan Qiyas.
Beliau termasuk ulama yang cerdas, pengasih dan ahli tahajud dan fasih membaca Al-Qur’an. Beliau ditawari untuk menjadi hakim pada zaman bani Umayyah yang terakhir, tetapi beliau menolak.
Madzhab ini berkembang karena menjadi madzhab pemerintah pada saat Khalifah Harun Al-Rasyid. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Ja’far Al-Manshur beliau diminta kembali untuk menjadi Hakim tetapi beliau menolak, dan memilih hidup berdagang, madzhab ini lahir di Kufah.

Fasal tentang Ijtihad

Arti "ijtihad" menurut bahasa adalah mengeluarkan tenaga atau kemampuan. Ijtihad adalah mengeluarkan segala tenaga dan kemampuan untuk mendapatkan kesimpulan hukum dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Syarat-syarat untuk menjadi seorang Mujtahid: pertama, menguasai bahasa Arab, tentu termasuk nahwu, sharaf dan balaghahnya karena Al-Qur’an dan Hadits berbahasa Arab. Tidak mungkin orang akan memahami Al-Qur’an dan Hadits tanpa menguasai bahasa Arab.
Kedua, menguasai dan memahami Al-Qur’an seluruhnya, kalau tidak ia akan menarik suatu hukum dari satu ayat yang bertentangan dengan ayat lain. Contohnya, do’a terhadap orang mati. Ada golongan-golongan yang menyatakan bahwa berdo’a kepada orang mati, bersedekah dan membaca Al-Qur’an tidak berguna dengan dalil.
وَاَنْ لَيْسَ لِلْلاِنْسنِ اِلاَّ مَا سَعَى
Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah ia kerjakan.” (An-Najm: 39)
Hal itu tentu bertentangan dengan banyak ayat yang menyuruh kita mendo’akan orang mati. Dalam ayat lain tercantum:
اَلَّذِيْنَ جَاءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلاِخْوَانِنَاالَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلاِءْيمنِ
Orang-orang yang datang setelah mereka berkata, yaa Allah ampunilah kami dan saudara kami yang telah mendahului kami dnegan beriman.” (Al-Hasyr: 10)

Ziarah Kubur di Bulan Ramadhan dan Hari Raya

Pada prinsipnya, ziarah ke makam orang tua, keluarga, guru dan para ulama itu dapat dilaksanakan kapan saja; mau pagi, siang, sore, malam, boleh-boleh saja; hari Senin, Selasa, atau yang lainnya; seminggu sekali, dua kali atau tiga kali, silakan. Sebab inti (hikmah) dari ziarah ialah menebalkan keimanan dengan mengingat mati.
Tentu ini lebih baik ketimbang sepekan berpikir tentang dunia, kekayaan, uang, dan lain sebagainya, yang tidak ada batasnya. Malah dikhawatirkan akan menjerumuskan manusia ke lembah kesengsaraan. Tidakkah hidup ini sekadar kesenangan yang palsu, bak fatamorgana yang menipu? Kalau kita tidak pandai-pandai melapisinya dengan iman dan ilmu, apa jadinya?
Oleh karena itu, ziarah di bulan suci Ramadhan ataupun di Hari Raya, sekalipun sebenarnya tidak ada perintah dan tidak ada larangan. Dan karena tidak adanya larangan, orang yang suka ziarah mengambil inisiatif alangkah indahnya jika dapat kirim doa pada hari-hari yang penuh rahmat dan ampunan (hari-hari bulan Ramadhan) dan hari yang bahagia (Idul Fithri).
Justru akan sangat bermakna bagi orang-orang yang sedang mudik ke kampung halaman, ia akan merasa tentram jika sebelum minta maaf kepada orang lain ia terlebih dahulu mengunjungi kubur orang tuanya yang (ketepatan) meninggal lebih dulu.

Perbedaan Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar

Nuzulul Qur’an adalah waktu turunya Al-Qur’an yang bertepatan dengan malam yang disebut Lailatul Qadar. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada Lailatul Qadar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr ayat 1-5.
Namun begitu, Nuzulul Qu’an sering diperingati pada malam 17 Ramadhan, sementara umum diketahui bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada sepertiga malam yang terakhir bulan Ramadhan. Mengapa bisa berbeda?
Allah SWT berfirman,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS. Al-Qadr 1-5).
Para ulama berbeda pendapat tentang dlamir “hu” atau kata ganti yang merujuk kepada Al-Qur’an dalam ayat pertama. Apakah Al-Qur’an yang dimaksud dalam ayat itu adalah keseluruhannya, artinya Allah SWT

Shalat Tarawih 20 Rakaat

Shalat Tarawih bagi umat Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Pada awal Ramadhan, biasanya masjid atau mushala penuh dengan kaum muslimin dan muslimat yang menjalankan shalat jama’ah isya` sekaligus tarawih. Ada yang menjalankan 8 rakaat, dan ada yang 20 rakaat. Yang terakhir ini termasuk ciri orang NU (Nahdliyyin). Sedang shalat Witir yang diletakkan di akhir biasanya sarna-sarna 3 rakaat, orang NU maupun bukan. 20 rakaat itu serempak dilaksanakan dengan cara dua rakaat salam.
Begitu shalat sunnah rawatib setelah isya` (ba'diyah) usai dikerjakan, bilal mengumumkan tibanya shalat Tarawih dikerjakan, “Marilah shalat Tarawih berjama'ah!” Imam pun maju ke depan, dan sudah dapat ditebak surat yang dibaca setelah al-Fatihah ialah surat at-Takatsur.
Bacaan seperti ini sudah menjadi ciri khusus masjid-masjid atau mushala-mushala NU. Juga sudah dapat ditebak bahwa rakaat kedua setelah al-Fatihah tentu sura Al-Ikhlash. Setelah usai 2 rakaat, ada sela-sela lantunan shalawat yang diserukan “bilal” dan dijawab oleh segenap kaum muslimin.
Begitu shalat tarawih sampai rakaat kedua puluh, bacaan surat sesudah al-Fatihah tentu sudah sampai ke surat al-Lahab dan al-Ikhlash. Tinggal shalat witirnya yang biasa dilakukan 2 rakaat, dan yang kedua satu rakaat, imam biasanya memilih surat al-A’la dan al-Kafirun.

Sholat Gerhana

Sebagian orang menganggap terjadinya gerhana matahari dan bulan sebagai gejala alam biasa, sebagai peristiwa ilmiah yang bisa dinalar. Gerhana sekedar menjadi tontonan menarik yang bisa disaksikan beramai-ramai bersama keluarga dan handai tolan. Namun bagi yang merasa tunduk kepada keagungan Sang Perncipta, Allah SWT, gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa ada kekuatan Yang Maha Agung di luar batas kemampuan manusia; manusia yang paling merasa faham ilmu alam sekalipun. Mereka yang merasa rendah di hadapan Sang Pencipta akan menadahkan muka, menghadap Allah, mengerjakan shalat secara berjamaah. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan untuk itu.
Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah, maka apabila kalian melihat gerhana, maka berdo’alah kepada Allah, lalu sholatlah sehingga hilang dari kalian gelap, dan bersedekahlah.” (HR Bukhari-Muslim)
Sayyidatuna A’isyah ra bercerita: Gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasululloh SAW kemudian beliau sholat bersama para sahabat. Beliau pun

FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (4-habis) Tawassul dengan para Sahabat dan Shalihin

Dalam kitab Riyadlus-Shalihin bab Wadaais-shahib hadits no.3, Rasulullah SAW bertawassul supaya Umar jangan lupa untuk menyertakan Rasulullah dalam segala do’anya di Mekkah ketika umrah.

عَنْ عُمَرَبْنِ اْلخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ قَالَ اِسْتَأْذَنْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى اْلعُمْرَةِ فَأذِنَ لىِ وَقَالَ: لاَتَنْسَنَا يَااُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَايَسُرُّنِى اَنَّ لىِ بِهَاالدُّنْيَا. وَفِى رِوَايَةِ قَالَ اَشْرِكْنَا يَااُخَىَّ فِى دُعَائِكَ. رواه ابوداود والترمذى


Dari shahabat Umar Ibnul Khattab r.a. berkata: saya minta idzin kepada Nabi SAW untuk melakukan ibadah umrah, kemudian Nabi mengidzinkan saya dan Rasulullah SAW bersabda; wahai saudaraku! Jangan kau lupakan kami dalam do’amu; Umar berkata: suatu kalimat yang bagi saya lelah senang dari pada pendapat kekayaan dunia. Dalam riwayat lain; Rasulullah SAW bersabda: sertakanlah kami dalam do’amu”. (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)&lt;br />
Dan masih banyak lagi dalil-dalil tawassul, namun kiranya cukup apa yang telah disebutkan di atas.

FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (3) Tawassul dengan Rasulullah SAW

Sewaktu masih hidup dan setelah wafat, tawassul pada Rasulullah itu disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, misalnya, firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 64:
وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْظَلَمُوْااَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوااللهَ وَاسْتَغْفَرَلَهُمُ الَّرسُوْلُ لَوْ جَدُوااللهَ تَوَّاباً رَحِيْماً
Walaupun sesungguhnya mereka telah berbuat dhalim terhadap diri mereka, kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad), mereka meminta ampun kepada Allah dan Rasul memintakan ampun untuk mereka, pasti mereka menjumpai Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa Allah SWT mengampuni dosa-dosa orang yang dhalim, disamping do’a mereka tetapi ada juga wasilah (do’anya) Rasulullah SAW.
Soal tawassul seperti itu, disebutkan pula dalam tafsir Ibnu Katsir juz I;
قَالَ الإِمَامُ اْلحَافِظُ السَّيْخُ عِمَادُالدِيْنِ كَثِيْر ذَكَرَ جَمَاعَةٌ مِنْهُمُ السَّيْخُ أَبُوْ مَنْصُوْرٍالصَّبَاغُ فِىكِتَاِبهِ الشَّامِلِ اْلحِكَايَةَ اَلمَشْهُوْرَةَ عَنِ اْلعَتَبِىِّ قَالَ: كُنْتُ جَالِساً عِنْدَ قَبْرِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاَء اَعْرَابِىٌّ فَقَالَ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَارَسُوْلَ اللهِ َسمِعْتُ اللهَ يَقُوْلُوْ وَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَلَمُوْااَ نْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوااللهَ وَاسْتَغْفَرَلَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوْجَدُوااللهَ تَوَّاباً رَحِيْماً. وَقَدْجِئْتُكَ مُسْتَغْفِرًالِذَنْبِى مُسْتَشْفِعاً بِكَ اِلىَ رَبِّى ثُمَّ أَنْشَدَ ثُمَ انْصَرَفَ اْلأَعْرَاِبىُّ فَغَلَبَتْنىِ عَيْنىِ فَرَأَيْتُ النَبِىُّ فِى النَّوْمِ فَقَالَ يَاعَتَبِىُّ اْلحَقِّ اْلأَعْرَاِبىُّ فَبَشِّرْهُ اَنَّ اللهَ قَدْ غَفَرَلَهُ.

FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (2) Bertawassul dengan Orang yang Sudah Mati

Kembali pada keyakinan kita, bahwa ketika seseorang mati maka yang rusak dan hancul adalah badannya atau jasadnya, sedang rohnya tetap hidup dan tidak mati. Sebab, mereka itu berada di alam barzah. Mereka telah putus segala amal perbuatan mereka untuk diri mereka sendiri. Dalam kitab Shahih Muslim juz II disebutkan;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: اِذَامَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مَنْ ثَلاَثٍ اِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْلَهُ.
Apabila manusia telah mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali tiga; kecuali dari shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at atau anak shaleh yang mendo’akan.” (HR Muslim)
Hadits semacam ini juga termaktub dalam Sunan Tirmidzi juz III, dalam Sunan Abu Dawud juz III dan dalam Sunanu Nasa’i juz VI. Hadits di atas menjelaskan bahwa apabila manusia telah meninggal dunia itu putus segala amalnya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain, misalnya ahli kubur mendo’akan orang yang di dunia tidak ada keterangan yang melarang.
Adanya salam yang disampaikan Rasulullah SAW setiap melewati kubur, menunjukkan bahwa ahli kubur menjawab salam yang kita ucapkan. Dalam riwayat Imam Tirmidzi dalam Sunannya, juz III, Rasulullah SAW bersabda;

FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (1) Mengapa Bertawassul?

Wasilah (=perantara) artinya sesuatu yang menjadikan kita dekat kepada Allah SWT. Adapun tawassul sendiri berarti mendekatkan diri kepada Allah atau berdo’a kepada Allah dengan mempergunakan wasilah, atau mendekatkan diri dengan bantuan perantara. Pernyataan demikan dapat dilihat dalam surat Al-Maidah ayat 35, Allah berfirman :
يَااَيُّهَااَّلذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوااللهَ وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ اْلوَسِيْلَةَ
Wahai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah, dan  carilah jalan (wasilah/perantara)."
Ada beberapa macam wasilah. Orang-orang yang dekat dengan Allah bisa menjadi wasilah agar manusia juga semakin dekat kepada Allah SWT. Ibadah dan amal kebajikan juga dapat dijadikan wasilah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amar ma’ruf dan nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran) juga termasuk wasilah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengenai tawassul dengan sesama manusia, tidak ada larangan dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits mengenai tawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah para Nabi, para Rasul, sahabat-sahabat Rasulullah SAW, para tabi’in, para shuhada dan para ulama shalihin.
Karena itu, berdo’a dengan memakai wasilah orang-orang yang dekat dengan Allah di atas tidak disalahkan, artinya telah disepakati kebolehannya. Bertawassul dengan orang-orang yang dekat kepada Allah, senyatanya tetap

Berjabat Tangan Usai Sholat

Sudah berlaku di masyarakat kita, setelah selesai sholat berjama’ah, satu sama lain saling bersalaman. Apakah itu ada dasar hukumnya, lantas apa faedahnya?
Bersalaman antar sesama muslim memang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Hal itu dimaksudkan agar persaudaraan semakin kuat, persatuan semakin kokoh. Salah satu bentuknya adalah anjuran untuk bersalaman ketika bertemu. Bahkan jika ada saudara muslim yang datang dari bepergian jauh, misalnya habis melaksanakan ibadah haji, maka disunnahkan juga saling berangkulan (mu’anaqah).
Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib, Rasulullah SAW bersabda bahwa dua orang yang bertemu dan bersalaman akan diampuni dosa mereka sebelum berpisah. (HR Ibnu Majah)
Berdasarkan hadits inilah ulama Syafi’iyyah mengatakan bahwa bersalaman setelah sholat hukumnya sunnah. Kalaupun perbuatan itu dikatakan bid’ah (hal baru) karena tidak ada penjelasan mengenai keutamaan bersalaman usai sholat, maka bid’ah yang dimaksud di sini adalah bid’ah mubahah, yang diperbolehkan. (Soal bid’ah, lihat penjelasannya dalam fasal tentang bid’ah).
Imam Nawawi menyatakan, bersalaman sangat baik dilakukan. Sempat ditanyakan, bagaimana dengan bersalaman yang dilakukan usai shalat? Menurut Imam Nawawi, salaman usai shalat adalah bid’ah mubahah dengan

FASAL TENTANG TAUHID (4-habis) Iman Kepada Hari Akhir dan Qadla-Qadar

Kita wajib percaya akan datangnya Hari kemudian atau Akherat, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Diterangkan bahwa pada akhir zaman akan datang suatu hari dimana, semua makhluq yang ada akan menjadi rusak dan binasa, itulah hari Qiyamat namanya.
Sesudah itu akan dibangkitkan semua manusia dari kuburnya debgan isyarat sangkakala (trompet) yang ditiup oleh malaikat. Kemudian diperiksa semua amal masing-masing untuk dihitung dan ditimbang (dihisab), dan akhirnya diberi balasan baik bagi yang amal kebaikannya di dunia lebih banyak dari amal jahatnya, dan dibalas siksa bagi yang amal jahatnya di dunia lebih banyak dari pada amal kebaikannya. Balasan itu berupa surga dan neraka. Amat banyaklah keterangan tentang hal itu, di dalam Al-Qur’an antara lain :
ذلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَاْلحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِ اْ لمَوْتى وَاَنَّهُ عَلىَ كُلِ شَىْءٍ قَدِيْرٌ وَاَنَّ السَّاعَةَ ءَانِيَةٌ لاَرَيْبَ فِيْهَا وَأَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى اْلقُبُوْرِ
Yang sedemikian itu, supaya engkau mengerti bahwa Tuhan Allah itu Tuhan yang benar dan Tuhan itu menghidupkan segala yang telah mati. Lagi Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Qiyamat itu pasti datang, tiada ragu lagi. Tuhan Allah benar-benar akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kubur.” (Al-Hajj: 6 –7)

FASAL TENTANG TAUHID (3) Iman kepada Para Rasul dan Kitab Suci

Bilangan para Nabi dan Rasul itu banyak, dan kita tidak mengetahui, hanya Tuhan-lah yang mengetahui bilangan pastinya, sebagaimana tertera di dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
 وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau, di antara mereka itu ada yang telah kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu”. (Al-Mu’min: 78).
Adapun yang telah diceritakan di dalam Al-Qur’an dengan riwayatnya masing-masing berjumlah 25 orang. Itulah yang wajib kita percayai dengan pasti. Nama-Nama Para Nabi tersebut, sebagai berikut; Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syu’aid, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad.
Selanjutnya di antara 25 orang itu ada 5 orang Rasul yang mempunyai kelebihan yang istimewa. Mereka itu dinamakan Ulul-Azmi (اولوالعزم)    artinya para Nabi dan Rasul yang mempunyai ketabahan luar biasa. Mereka itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad SAW.

FASAL TENTANG TAUHID (2) Iman Kepada Allah dan Malaikat

Sifat Allah itu terbagi dalam beberapa bagian. Ada yang wajib bagi Allah, mustahil bagi Allah, dan jaiz bagi Allah. Secara singkat sebagai berikut:
Sifat yang wajib dan mustahil bagi Allah masing-masing 20 yang saling berlawanan:
1. Ada (wujud) lawnnya tidak ada (’adam)
2. Dahulu (qidam) lawannya baru (huduts)
3. Kekal (baqa’) lawannya berubah-ubah (fana’)
4. Tidak menyerupai sesuatu (mukhalafatu lil hawaditsi) lawannya menyerupai sesuatu (almumatsalatu lil hawaditsi)
5. Berdiri sendiri (qiyamuhu binafsihi) lawannya berhajat kepada yang lain (al-ihtiyaju lighairihi)
6. Esa (wahdaniyat) lawannya berbilang (&lt;em>wujudusy syarik)
7. Kuasa (qudrat) lawannya tdak kuasa (’ajz)
8. Berkehendak (iradah) lawannya terpaksa (karahah)
9. Mengetahui (’ilm) lawannya bodoh (jahl)
10. Hidup (hayat) lawannya mati (maut)

FASAL TENTANG TAUHID (1) Ahlussunnah wal Jama’ah dalam Ilmu Tauhid

Di dalam mempelajari Ilmu Tauhid atau aqidah, madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) menggunakan dalil nadli dan aqli. Dalil naqli ialah dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan dalil Aqli ialah dalil yang berdasarkan akan pikiran yang sehat.
Sebagaimana dikemukakan bahwa madzhab Mu’tazilah mengutamakan dalil akal dari pada dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka berani menafsirkan Al-Qur’an menurut akal mereka, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an disesuaikan dengan akal mereka. Apabila ada hadits yang bertentangan dengan akal, mereka ditinggalkan itu dan mereka berpegang kepada akal pikirannya. Ini merupakan suatu these (aksi) yang akhirnya menimbulkan antithesa (reaksi) yang disebut golongan Ahlul Atsar(أهل الأثار)   
Cara berpikir Ahlul Atsar adalah kebalikan cara berpikir golongan Mu’tazilah. Ahlul Atsar hanya berpegangan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka tidak berani menafsirkan Al-Qur’an menurut akal, karena khawatir takut keliru, khususnya dalam ayat-ayat Al-Mutasyabihaat mereka menyerahkan maknanya kepada Allah SWT.
Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Fath [48] ayat 10: