Dalam sebuah kelas di PGA
(Pendidikan Guru agama) sekitar tahun 70an sedang berlangsung pelajaran
Bahasa Arab yang diasuh oleh KH. Chowas Nuruddin, Salah seorang kyai
pengasuh Pondok Buntet Pesantren lulusan PP.Modern Gontor Ponorogo.
Sepe...rti biasanya Pak Chowas (begitu biasa beliau disapa oleh santri santrinya) memulai pelajarannya dengan “HIWAR” atau conversation. Satu persatu beliau memberi pertanyaan kepada murid-muridnya dengan berbahasa Arab.
Selesai berdialog beliau melanjutkan pelajaran berikutnya dengan membaca “QIRO’AH” atau reading. Beliau membacanya dengan fasih kemudian diikuti oleh para siswa. Qiroah yang dibaca oleh siswa siswa kelas 1 PGA itu bercerita tentang kecerdasan seorang anak kecil menghadapi sayyidina Umar Bin Khatthab RA salah seorang shahabat Rasul yang terkenal sangat keras.
Isi Cerita dalam qiroah tersebut kira-kira begini :
“Suatu hari ketika anak-anak kecil sedang bermain-main di sebuah perkampungan, datanglah Sayyidina Umar Bin Khatthab, Melihat kedatangan sang Khalifah tersebut anak-anak kecil yang sedang asyik bermain berhamburan lari tunggang langgang meninggalkan permainannya karena takut terkena amarah sang khalifah
yang terkenal keras dan pemarah itu. Akan tetapi beliau merasa heran pada salah seorang anak kecil yang tidak ikut berlari menghindari amarahnya. Kemudian beliau bertanya kepada anak tersebut. ” Nak…. mengapa engkau tidak ikut lari? Sementara teman-temanmu lari ketakutan melihatku.” Tanya Sang Khalifah” Mengapa saya harus lari? Dan kenapa saya harus takut? apa salah saya Kepadamu?. Kalaupun Baginda Khalifah mau lewat silahkan saja jalan ini masih sangat lebar untuk baginda lewati.” Jawab sang anak. Mendengar jawaban anak kecil yang tegas dan cerdas itu Sayyidina Umar berdecak kagum. ” Siapa namamu nak…?” Tanya khalifah kepada si kecil yang cerdas. “Namaku Abdullah Bin Zubeir, tuan” Jawabnya.
Pelajaran Bahasa Arab selesai, dilanjutkan dengan pelajaran Olahraga. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas menuju lapangan untuk praktek pelajaran olahraga. Seluruh siswa telah siap berolahraga, ada yang bermain bola volley, sepak bola adapula yang hanya menonton dipinggir lapangan menunggu giliran bermain. Di tengah tengah permainan dari kejauhan ada sebuah becak melaju kencang menuju arah siswa siswa yang sedang berolahraga. Tidak disangka ternyata yang menaiki becak tersebut adalah seorang Kyai yang memiliki perangai mirip Kholifah Umar Bin Khotthob, Bertubuh kecil, tegas, Keras dan pemarah, beliau adalah Kyai Akyas. Seorang kyai yang sangat disegani oleh para santri dan guru di Buntet Pesantren, selain Alim beliau juga termasuk Muhaddits karena hafal ribuan Hadits Rasulullah SAW.
Melihat Kyai Akyas datang, siswa-siswa yang sedang asik bermain bola lari tunggang langang, Bahkan guru yang sedang membimbingpun ikut lari ketakutan. Mereka menghindari dan berusaha menjauh dari kyai yang sangat marah bila melihat para santri bermain bola, Karena menurut beliau permainan tersebut bertentangan dengan syariat islam dan haram hukumnya. Bahkan seringkali beliau marah tanpa adanya alasan yang bisa dipahami oleh orang lain. Sambil mengacung-acungkan tongkat kesayangannya beliu berteriak keras. ”Mariiiiiiiii …… aja dolanan baaaaal, Bubar kabeh…. Nguntap ……!!! .” ( Berhenti…… jangan main bola, Bubar semua…. Kurang ajar… !!!).
Pada saat siswa-siswa lari menjauh dari kyai Akyas ada salah seorang siswa yang bernama Syafii, dia tidak lari seperti teman-temannya, tapi justru mendekat pada kyai dengan maksud bersalaman mencium tangan sang Kyai. Kalaupun Kyai Akyas bertanya alasan mengapa tidak lari menghindarinya, diapun sudah siap dengan jawabannya. Ketika menjulurka tangan untuk menyalami sang Kyai, Tidak disangka dan tidak diduga ” Pletak,…. Pletok…. Pletak….” Tiga buah pukulan keras medarat di kepala sang siswa yang plontos, Hantaman benda keras itu tidak lain adalah tongkat kyai yang dilayangkannya untuk mengganjar santri itu.”Aduuuuuuuuuuh…….!!! Ampun Kyaiiiiiii…….” Dia mengerang kesakitan.
Disaat sang santri kesakitan Kyai Akyas terus mengomel keras ” Nguntap…. Arep apa sira marek marek……endi tepake?!!!”( Kurang ajar… Mau apa kamu mendekat…mana alat pemukulnya?!!!). Kyai Akyas menyangka permainan bola volley dan sepak bola itu menggunakan alat pemukul seperti badminton. Dari kejauhan siswa-siswa yang melihat kejadian tersebut tertawa cekikikan.
Rupanya santri yang satu ini berusaha meniru kecerdasan si kecil Abdullah Bin Zubeir menghadapi Umar Bin Khatthob supaya mendapatkan pujian dari sang Kyai, Persis seperti cerita dalam QIROAH yang dibacanya dari Buku Bahasa Arab tadi. Tapi apadaya ternyata Kyai Akyas Bukanlah Sayyidina Umar Bin Khatthab yang dia bayangkan.
Sepe...rti biasanya Pak Chowas (begitu biasa beliau disapa oleh santri santrinya) memulai pelajarannya dengan “HIWAR” atau conversation. Satu persatu beliau memberi pertanyaan kepada murid-muridnya dengan berbahasa Arab.
Selesai berdialog beliau melanjutkan pelajaran berikutnya dengan membaca “QIRO’AH” atau reading. Beliau membacanya dengan fasih kemudian diikuti oleh para siswa. Qiroah yang dibaca oleh siswa siswa kelas 1 PGA itu bercerita tentang kecerdasan seorang anak kecil menghadapi sayyidina Umar Bin Khatthab RA salah seorang shahabat Rasul yang terkenal sangat keras.
Isi Cerita dalam qiroah tersebut kira-kira begini :
“Suatu hari ketika anak-anak kecil sedang bermain-main di sebuah perkampungan, datanglah Sayyidina Umar Bin Khatthab, Melihat kedatangan sang Khalifah tersebut anak-anak kecil yang sedang asyik bermain berhamburan lari tunggang langgang meninggalkan permainannya karena takut terkena amarah sang khalifah
yang terkenal keras dan pemarah itu. Akan tetapi beliau merasa heran pada salah seorang anak kecil yang tidak ikut berlari menghindari amarahnya. Kemudian beliau bertanya kepada anak tersebut. ” Nak…. mengapa engkau tidak ikut lari? Sementara teman-temanmu lari ketakutan melihatku.” Tanya Sang Khalifah” Mengapa saya harus lari? Dan kenapa saya harus takut? apa salah saya Kepadamu?. Kalaupun Baginda Khalifah mau lewat silahkan saja jalan ini masih sangat lebar untuk baginda lewati.” Jawab sang anak. Mendengar jawaban anak kecil yang tegas dan cerdas itu Sayyidina Umar berdecak kagum. ” Siapa namamu nak…?” Tanya khalifah kepada si kecil yang cerdas. “Namaku Abdullah Bin Zubeir, tuan” Jawabnya.
Pelajaran Bahasa Arab selesai, dilanjutkan dengan pelajaran Olahraga. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas menuju lapangan untuk praktek pelajaran olahraga. Seluruh siswa telah siap berolahraga, ada yang bermain bola volley, sepak bola adapula yang hanya menonton dipinggir lapangan menunggu giliran bermain. Di tengah tengah permainan dari kejauhan ada sebuah becak melaju kencang menuju arah siswa siswa yang sedang berolahraga. Tidak disangka ternyata yang menaiki becak tersebut adalah seorang Kyai yang memiliki perangai mirip Kholifah Umar Bin Khotthob, Bertubuh kecil, tegas, Keras dan pemarah, beliau adalah Kyai Akyas. Seorang kyai yang sangat disegani oleh para santri dan guru di Buntet Pesantren, selain Alim beliau juga termasuk Muhaddits karena hafal ribuan Hadits Rasulullah SAW.
Melihat Kyai Akyas datang, siswa-siswa yang sedang asik bermain bola lari tunggang langang, Bahkan guru yang sedang membimbingpun ikut lari ketakutan. Mereka menghindari dan berusaha menjauh dari kyai yang sangat marah bila melihat para santri bermain bola, Karena menurut beliau permainan tersebut bertentangan dengan syariat islam dan haram hukumnya. Bahkan seringkali beliau marah tanpa adanya alasan yang bisa dipahami oleh orang lain. Sambil mengacung-acungkan tongkat kesayangannya beliu berteriak keras. ”Mariiiiiiiii …… aja dolanan baaaaal, Bubar kabeh…. Nguntap ……!!! .” ( Berhenti…… jangan main bola, Bubar semua…. Kurang ajar… !!!).
Pada saat siswa-siswa lari menjauh dari kyai Akyas ada salah seorang siswa yang bernama Syafii, dia tidak lari seperti teman-temannya, tapi justru mendekat pada kyai dengan maksud bersalaman mencium tangan sang Kyai. Kalaupun Kyai Akyas bertanya alasan mengapa tidak lari menghindarinya, diapun sudah siap dengan jawabannya. Ketika menjulurka tangan untuk menyalami sang Kyai, Tidak disangka dan tidak diduga ” Pletak,…. Pletok…. Pletak….” Tiga buah pukulan keras medarat di kepala sang siswa yang plontos, Hantaman benda keras itu tidak lain adalah tongkat kyai yang dilayangkannya untuk mengganjar santri itu.”Aduuuuuuuuuuh…….!!! Ampun Kyaiiiiiii…….” Dia mengerang kesakitan.
Disaat sang santri kesakitan Kyai Akyas terus mengomel keras ” Nguntap…. Arep apa sira marek marek……endi tepake?!!!”( Kurang ajar… Mau apa kamu mendekat…mana alat pemukulnya?!!!). Kyai Akyas menyangka permainan bola volley dan sepak bola itu menggunakan alat pemukul seperti badminton. Dari kejauhan siswa-siswa yang melihat kejadian tersebut tertawa cekikikan.
Rupanya santri yang satu ini berusaha meniru kecerdasan si kecil Abdullah Bin Zubeir menghadapi Umar Bin Khatthob supaya mendapatkan pujian dari sang Kyai, Persis seperti cerita dalam QIROAH yang dibacanya dari Buku Bahasa Arab tadi. Tapi apadaya ternyata Kyai Akyas Bukanlah Sayyidina Umar Bin Khatthab yang dia bayangkan.