Sejak masih muda KH. Amanullah (Tambak Beras) memang terkenal sebagai
santri yang cerdik dan banyak akal. Pada waktu masih muda banyak
diantara teman-teman santrinya yang suka menjalankan riyadlah’ dengan
melakukan puasa, wirid dan sebagainya. Hal ini dilakukan selain sebagai
upaya mensucikan kondisi spiritual (batin) juga sebagai upaya memperoleh
berkah dari Allah.
Pada suatu hari ada seorang santri yang sedang melakukan riyadlah
(olah rohani). Mengetahui hal ini Gus Aman (panggilan akrab KH.
Amanullah) bertanya pada yang bersangkutan: “Kapan sampeyan telasan
(berakhir) melakukan riyadlah?” Santri tersebut menyatakan bahwa
telasannya malam Jum’at. Mendengar jawaban tersebut Gus Aman menyarankan
agar wirid telasan dilakukan di sudut imaman Masjid, agar do’anya
makbul.
Pada malam yang ditentukan, santri tersebut benar-benar menjalankan
saran Gus Aman. Tepat jam 01.00 malam dia wirid dan berdo’a dengan
sangat khusu’nya. Diam-diam Gus Aman ngintip dari lubang ventilasi.
Kemudian dengan suara yang dibuat bergetar Gus Aman bilang : “njaluk opo
ngger?” (minta apa cucuku).
Mendengar pertanyaan ini sang santri langsung teriak sambil menangis :
“Ya Allah, kulo nyuwun ilmu ingkang manfa’at, nyuwun akal ingkang
padang, nyuwun rizqi ingkang kathah lan derajad ingkang murwat.” (Ya
Tuhan, aku mohon ilmu yang bermanfaat, akal yang jernih, rizki yang
banyak dan derajat tinggi).
Dengan bergetar Gus Aman menyahut : “Yoh, tak sembadani!” (Ya, aku kabulkan…)
Saking percayanya terhadap suara tersebut, santri ini langsung sujud
dan menangis : “Matur nuwun Gusti, matur nuwun,” (Terima kasih…)
teriaknya keras-keras. Setelah itu dia melakukan Shalat Sunnah hingga
datang fajar.
Siang harinya, ketika Gus Aman lewat di depan santri tersebut, dengan
suara bergetar bilang : “njaluk opo ngger.” Mendengar suara ini santri
tersebut baru sadar bahwa semalam dia dipermainkan. Paham kalau diejek
kemudian dia mengejar Gus Aman sambil membawa pentung.