Kenapa Harus Nahdlatul Ulama?

Suatu hari Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH. Maman Imanulhaq mendapatkan pertanyaan yang cukup menohok. Si penanya mengkritik tentang penamaan organisasi “Nahdlatul Ulama”, karena nama ini dianggapnya terbatas untuk kalangan ulama.
“Kenapa namanya harus Nahdlatul Ulama? bukankah itu artinya kebangkitan ulama? Jadi kalau begitu yang bangkitnya ulama saja? Bagaimana nasib yang bukan ulama?”
Tak berhenti sampai di situ, si “penanya” pun memberikan gagasan bahwa nama yang layak adalah bukan Nahdlatul Ulama, melainkan Nahdlatul Muslimin, sebab muslimin menyangkut seluruh umat islam, bukan hanya ulama saja.
Sebelum menjawab dengan serius, Kiai Maman mengawalinya dengan jawaban guyonan.
“Lho... kalau nanti namanya Nahdlatul Muslimin, nama organisasinya akan panjang sekali,” jawab Kiai yang sempat menemani Gus Dur selama kurang lebih enam tahun tersebut
“Maksudnya? Kok namanya bisa panjang?” si penanya tersebut panasaran

“ Ya iya, kalau namanya Nahdlatul Muslimin, tiap muktamar akan ada penambahan nama, muktamar pertama ibu-ibu ingin bergabung dan membentuk muslimat, jadi namanya Nahdlatul Muslimin wal Muslimat. Muktamar selanjutnya ada lagi usulan orang mu`min juga harus dimasukan, jadi namanya Nahdlatul Muslimina wal Muslimat wal Mu`minina wal mu`minat.
“Lalu sebab kita suka kirim doa kepada orang yang sudah meninggal, nah pada muktamar selanjutnya dimasukin lagi al-ahyai minhum walamwat, kan jadi panjang sekali tuh namanya, jadinya Nahdlatul Muslimina wal muslimat wal mu`minina wal mu`minat alahyai minhum wal amwat,” tukas Kiai Maman. (Aiz Luthfi)