Minyak Wangi

Kiai yang satu ini memang sangat memegangi sunah Nabi yang satu ini yaitu menggunakan wewangian dalam situasi apapun, maka para santripun dianjurkan selalu menjalankan Sunnah Nabi itu. Demikian pula santri lain yang sowan kepadanya juga dianjurkan memakai wewangian bila ingin diterima dengan tangan terbuka.
Syahdan beberapa orang santri dari pesantren lain ingin menghadap sang kiai karena ada satu urusan agama, para santri tamu itupun berangkat dengan melumuri tubuhnya dengan berbagai minyak wangi, dengan demikian merekapun makin percaya diri bahwa kehadirannya akan diterima dengan senang hati.
Salah seorang santri maju mendekati tempat kiai duduk beralaskan tikar itu dengan berjalan setengah jongkok lalu mencium tangan sang kiai.
�Bagus.. bagus �. Minyak misk � baarakallah � Sang Kiai berkomentar, betapa herannya si santri sang kiai bisa menditeksi merek minyaknya, hebat kiai ini pikir si santri dalam hati.
Kemudian disusul santri lainnya yang berbuat seperti temannya terdahulu
Khair�khair �. Ya ya�  minyak zakfaran�.. baraka alaika � Ucap sang kiai dengan senyum.
Ganti santri yang lain maju bersalaman
Thayib�.thayib minyak kesturi  ya.. yaa� jazakumullah,�.alhamdulillah,� gumam kiai sambil menganguk-angguk. Yang begitu mudah menditeksi jenis masing-masing minyak dengan aromanya.
Ganti seorang santri lagi maju bersalaman tetapi merangkak dengan ragu, tetapi akhirnya nyampai juga.
Tafadhal.. .. tafadhal�. Ah� minyak apa yang kamu pakai ?� Tanya kiai keheranan karena belum ada minyak baunya seperti ini.
Dengan ragu si santri menjawab, �minyak autan Kiai !�
�Wah kalau itu bukan untuk ibadah..dan bukan sunah Nabi, tetapi minyak orang yang mau tidur, sana pergi cari minyak yang benar bila ingin menjadi pengikut Nabi Muhammad, baru boleh ketemu saya�
Akhirnya rombongan santri itu bubar karena mereka belum bisa diterima sebelum mememukan minyak wangi yang lazim dipakai. (Bregas).