Santri kok Telat Subuhan

Udin, salah seorang santri di pondok pesantren salaf Bantul, Yogyakarta, dikenal oleh rekan-rekan santri lainnya sebagai santri yang nyeleneh. Mentang-mentang baru belajar fiqih tentang shalat qadha dia mau seenaknya saja bikin sensasi di pondok.
Suatu pagi ketika adzan subuh berkumandang, para santri segera bergegas mengambil air wudhu dan segera ke masjid untuk melakukan shalat subuh berjamaah. Berbeda dengan yang lain, si Udin malah sedang asyik ngruel tidur di kamar. Rekan santrinya pun mencoba membangunkannya, sampai menarik-narik sarungnya yang sudah bolong-bolong. Namun si Udin malah tidak bangun-bangun, hingga akhirnya rekannya kesal sendiri dan meninggalkannya di kamar sendirian.
Hingga para santri selesai mujahadahan dan mentari pun sudah terbit si Udin belum juga beranjak dari tidurnya. Akhirnya pengurus pondok pun memaksa Udin agar bangun.
“Heh, Din! Bangun. Santri kok telat subuhan. Ayo bangun bangun!” seru pengurus pondok.
Ketika Udin sudah mulai bangun dan membuka matanya dia malah nyeletuk di hadapan pengurus dan rekan-rekannya. “Ustadz, apa gunanya saya diajarkan tentang shalat qadha kalau tidak saya praktikkan. Lha saya ini kan mau mempraktikkan.”
Dan para santri lainnya pun langsung melemparinya dengan bantal sembari menyoraki si Udin nyeleneh. “Oalah, bocah gemblung!” (Ahmad Rodif Hafidz)