KORBAN LAPINDO DI BERI GANTI RUGI


Setelah berbulan-bulan ribuan rumah dan  ratusan hektar sawah terendam Lumpur panas Lapindo, warga di 5 desa yang ada di kecamatan Porong menuntut ganti rugi dari pihak PT Lapindo. Warga desa Siring, Kedungbendo, Reno Kenongo, Jatirejo dan Mindi tak henti-hentinya menuntut ganti rugi dengan berbagai cara. Ada yang mendatangi areal lautan Lumpur , mendatangi pendopo Kabupaten Sidoarjo, orasi di tanggul penahan Lumpur, sampai mendatangi rumah Abu Rizal Bakri, sang pemilik saham terbesar Lapindo.
Meskipun desakan datang silih berganti, toh pihak Lapindo adem ayem. Malah berniat melimpahkan tanggung jawab ke Freehold. Sungguh tragis !! Padahal ditengah kedukaan warga yang kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan sawah ladangnya, uang Rp.1000, Rp. 2000 sangat berharga untuk menunjang kehidupan mereka.
Sampai pada suatu saat, perhimpunan dari 5 desa yang menjadi korban tersebut berkumpul dan “unjuk gigi” ke Bupati dan perwakilan dari Lapindo.
“Bagaimana nasib kita ini, pak?, sudah lima bulan kami terkatung-katung?” Tanya bu maryam dengan bahasa Jawa Suroboyoan
“Padahal saya jualan rujak laris sekali di Siring,” sambungnya
“iya, kami akan secepatnya mencari solusi untuk warga siring,” jawab Bupati
“tidak hanya warga Siring pak, saya dulu mbecak di Reno Kenongo dan bisa membiayai dua orang anak yang sekolah di SMP. Sedangkan sekarang, jalanannya sudah tenggelam dengan Lumpur. Bagaimana nasib keluarga kami,Pak?” ungkap cak Dul memelas
“kami juga tidak bisa ke sawah lagi,” sahut Pak Jani
“begitu juga dengan pak, tidak bisa ke pabrik lagi,” kata Zubaidah, karyawati pabrik jam.
Suasana makin panas, warga makin bersemangat menyuarakan kondisinya saat ini
“tenang, tenang. Kami juga tidak tinggal diam. Pihak Lapindo akan bertanggungjawab,” jelas Perwakilan dari Lapindo
“tanggung jawab opo?, kene wes nggelandang limang wulan (kami sudah terkatung-katung selama 5 bulan),” teriak cak gimin
“wes ga kakean cangkem pak (jangan banyak bicara), kapan jelasnya?” sahut munir khas suroboyan
“segera,” jawab pihak Lapindo 
“saudara-saudara, sepertinya kita nanti tidak dibayar pakai rupiah,” kata Pak RT seraya berdiri
“terus, dibayar pakai apa, Pak RT? Dollar atau Ponsterling?,” Tanya salah satu warga bingung campur penasaran
“tidak, tapi dibayar pakai yen,”Jawab Pak RT
“maksudnya yen ono (kalau ada),”sambung Pak RT gusar. (Alf)