Tawaf di Bundaran


Seorang tuna netra baru saja turun bus dan akan menuju lokasi pengajian Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni). Kebetulan untuk menuju Tempat Kegiatan Pengajian (TKP) harus melewati sebuah bundaran.
Bundaran itu menuju empat tempat. Satu arah menuju ke pengajian dan tiga arah lain ke arah yang berbeda.
Tidak seperti biasanya, pagi itu ia marasakan ada hal yang ganjil. Karena selepas turun bus belum ada seorang pun menuntunnya dan menunjukkan jalan.

Akhirnya ia berjalan sendiri dengan kemantapan walaupun sampai di tempat pengajian telat untuk beberapa saat. 

Guru ngaji yang sedari tadi sudah memulai pengajian lantas bertanya.

“Lho kang kok telat berangkatnya, biasanya datang kesini lebih awal?” ustadz bertanya akan keterlambatannya.
Dengan tanpa basi-basi ia langsung bersoloroh,”maaf Pak saya telat. Karena tadi saat di Bundaran tidak ada yang menunjukkan jalan menuju sini jadi ya saya  mengelilingi bundaran sampai empat kali putaran.
Makanya saya telat sampai sini.” Jawaban itu disambut gelak tawa guru dan sesama tuna netra. (Syaiful Mustaqim)