Bola Pimpong Kiai Soleh


Beberapa kiai di kampung pesantren Sidoresmo tidak begitu tertarik dengan jenis-jenis obat di pasaran. Padahal, suatu ketika dibutuhkan. Barangkali sakit gigi datang mendadak, maka selain bisa disuwuk, juga bisa diobati dengan membeli jenis-jenis obat di pasaran tadi.
Kali ini sakit gigi itu menimpa istri seorang kiai, sebut saja Kiai Soleh. Karena sakit giginya tidak ketulungan, sang istri merengek pada suaminya. Dia minta dibelikan Pak Pung, sejenis obat masuk angin, berbentuk cairan minyak dalam botol kecil.
Karena ‘ketidakpedulian’ pada pentingnya obat-obat yang dijual bebas di luaran tadi, Kiai Soleh merasa gagap juga ketika disuruh membeli obat Pak Pung. Tapi yang didengar dari mulut istrinya adalah Pimpong, bukan Pak Pung.
Tak sabar disambati istrinya seperti itu, akhirnya Kiai Soleh ngeluyur saja menuju toko di kawasan Jagir Surabaya. “Ada pimpong?” tanya Kiai Soleh. “Ada Pak Kiai,” jawab wanita paruh baya yang menjaga toko pracangan di pinggir jalan itu.
Diambilnya bola bundar yang biasa dipakai untuk tenis meja itu, dan diberikannya kepada Kiai Soleh. “Apa ini Pak Kiai?” ujar penjaga toko itu. “Oh iya. Mana,” jawab Kiai Soleh dengan gagap setengah heran.


Dipegangnya bola pimpong itu dengan jari-jari tangan, lalu –masya allah, bola pimpong itu digoyang-goyang. Sepertinya Kiai Soleh penasaran dengan bola kecil super ringan itu. 
“Kira-kira, apa isinya ya? Kok bisa dipakai untuk obat sakit gigi?” begitu Kiai Soleh menggumam di dalam hati. Begitu lamanya menggoyang-goyang bola pimpong itu membuat penjaga toko heran dan bertanya, “Ada apa Pak Kiai?”

“Oh, tidak ada apa-apa. Sudah. Ini uangnya,” kata Kiai Soleh, seraya angkat kaki meninggalkan toko tersebut. Sesampai di rumah, “He, ini lho yang kamu minta,” kata Kiai Soleh pada istrinya.
“Aduh…., saya tadi minta Pak Pung, kok dibelikan pimpong? Saya kan sakit gigi?” jawab istri Kiai Soleh. Sebetulnya sang istri ingin mengadu, tetapi karena ‘kebodohan’ suaminya itu membuat dirinya meringis geregetan.
“Ini bukan Pak Pung. Ini bal (bola) pimpong,” jawab lagi sang istri sambil membuang bola pimpong itu ke wajah suaminya. Untungnya tidak kena. (dur)