Pada
suatu hari sang kiai memberikan ceramah, seperti biasanya mengajarkan
tentang budi pekerti yang mulia (akhlaqul karimah). Sang kiai mengatakan
orang yang sopan akan dihormati dan disegani orang. Sementara orang
sombong akan dihinakan orang , dengan membuat contoh buah-buahan. �Wahai
para santri berlakulah andap asor, walau memiliki banyak ilmu semakin
merunduklah, seperti buah semangka, pohonnya kecil, tetapi buahnya
besar, karena itu orang tidak pernah tidak berlaku sopan pada buah ini,
pasti diangkat dan diletakkan dengan sopan�.
Apakah
kalian tahu contoh pohon yang takabur dan tidak dihormati semua orang�
Tanya sang kiai� para santri saling menatap tidak tahu, sertahu mereka
tak ada pohon yang takabur, semuanya sama saja wong barang mati. Bahkan
salah seorang santri menjawab �Tidak ada Pak Kiai pohon yang sombong:
�Ada�
jawab Kiai, �coba itu lihat pohon kelapa, dia itu menempatkan diri
terlalu tinggi, sehingga orang juga seenaknya melempar buah kelapa dari
atas pohon. Untuk mengupasnya juga harus dicongkel dengan linggis dan
untuk membelahnya harus didera dengan gancu, itulah nasib orang
sombong.� Kiai menjelaskan.
�Tetapi ada makhluk yang menghormati buah kelapa� wah mulia sekali dia, �kira para santri
�Bukan, yang menghormati orang sombong itu hanya orang jahat, kalian lihat hanya maling yang menghormati buah kelapa� jelas Kiai
�Kenapa maling berbuat begitu� Tanya santri
�Lha iya kalau kelapa dilempar akan kedengaran pemilikknya, karena itu mereka turunkan hati-hati�
�Ampun Kiai saya tidak akan mencuri lagi� kata si Kartolo tiba-tiba berteriak minta ampun.� Saya tidak akan mencuri kelapa lagi.