Entah
keusilan atau kreativitas para santri sering kali muncul saat kiriman
sangu dari rumah telat . Keusilan tersebut antara lain dalam bentuk
mencuri, termasuk mencuri harta kiainya sendiri. Pada suatu hari Kartolo
dan Murtolo bersekongkol untuk mencuri kelapa kiai, sebab malam itu ia
lapar sekali.
Mereka
bekerja sama dalama pencurian ini, si kartolo bagian memanjat,
sementara si Murtolo bagian menadah di bawah. Tetapi apa hendak di kata
baru sebuah kelapa yang diturunkan, sang kiai keluar rumah dan memerguki
pencurian tersebut. Melihat gelagat itu Si Murtolo segera lari tunggang
langgang. Sementara si Kartolo terus melakukan pekerjaannya, tanpa
diketahui bahwa yang menadah kelapa hasil curiannya itu kiainya sendiri.
Ketika turun ke tanah, sang kiai berkata, itu ambil dua buah untukkmu, yang lain bawa ke ndalem,
mendengar suara itu ia baru sadar bahawa yang dihadapannya dan yang
tadi menangkap kelapa yang diturunkan itu bukan si Murtolo melainkan
kiainya, ia segera lari. Tidur di serambi Mesjid.
Sang
Kiai tahu bahwa yang tadi mencuri adalah santrinya, tetapi tidak tahu
persis siapa orangnya. Tetapi sang kiai berusaha untuk mengetahuinya,
caranya muda, satu persatu dada para santri diraba. Ketika sampi pada
seorang santri yang sedang tidur lalu diraba juga, tetapi aneh sedang
tidur jantungnya berdetak keras, seperti orang lari dikejar setan.
Dengan
cara itu sang Kiai tahu bahwa dialah pencurinya. Baru setelah itu lampu
senter diarahkan ke wajahnya., sehingga Kiai tahu bahwa Kartololah sang
pencuri. Tetapi tidak diapa-apakan, sementara si Kartolo terus
berpura-pura tidur, akhirnya terlelap hingga pagi dengan perut
keroncongan. Sementara si Murtolo lari tak tentu rimbanya. (Bregas)