Dalilnya Bakul Jamu


Beberapa mahasiswa alumni pesantren mengunjungi seorang kiai senior di Jombang Jawa Timur. Mereka bercerita seputar kegelisahan merebaknya pemikiran Islam garis keras yang meresahkan. Maksud hati ingin meminta nasihat-nasihat kiai agar diberikan bekal untuk menghadapi kelompok ini, sembari diijazahi amalan-amalan dan doa-doa agar lebih percaya diri.
Sang kiai tersenyum. ”Mereka itu sedikit, cuma satu dua orang, tapi nekat,” katanya sambil terkekeh. Para mahasiswa alumni pesantren ikut tertawa, tapi tidak banyak punya alasan mengapa mereka ikut tertawa. Ya asal kiai tertawa, ikut tertawa saja.
Sang kiai meneruskan: ”Kalau mereka masuk ke kampus-kampus ya mestinya yang bisa menghadapi itu mahasiswa yang pernah belajar di pesantren seperti anda-anda ini. Dan itu sangat mudah,” katanya. Para alumni pesantren saling pandang. Tadinya mereka ingin mengeluh, eh malah dimentahkan begitu saja.
”Mereka suka mengeluarkan dalil, Kiai!” kata seorang alumni. ”Sementara kami dulu diajari untuk tidak terlalu gampang mengeluarkan dalil.”

Ya. Para santri tidak diajarkan untuk menghafal dalil dalil Al-Qur’an atau hadits Nabi. Namun bukan berarti para santri tidak bisa mengucapkan dalil-dall. Dalil tidak penting diucapkan. Yang penting adalah maksud dan isi kandungan dari dalil dalil itu, lalu diamalkan.
”Bagaimana kalau kita ikut-ikutan mengeluarkan dalil kiai! Sebetulnya bahan kita kan lebih kaya. Biar mereka tahu rasa. Mereka kan hafalnya Cuma itu-itu saja,” celetuk seorang alumni.
Sang Kiai terdiam. Para alumni pun ikut terdiam.
Lalu, sang kiai tersenyum. Para alumni pun ikut tersenyum.
Sang kiai bercerita: ”Dulu, waktu saya kecil saya sering lihat bakul jamu (pedagang jamu: red) di Pasar Cukir. Mereka itu kalau berdagang sambil mengeluarkan dalil begini’Kullun insanun wajibun ihtiyarun.’ Salah semua begitu, wong mereka ngga bisa baca kitab kuning, apalagi faham maksudnya!?”
Sang kiai lalu terkekeh. Tiba-tiba para alumni pun ikut tertawa. Kali ini para alumni benar-benar punya alasan untuk tertawa. Pertemuan singkat dengan kiai telah menyadarkan bahwa mereka sebenarnya tidak sedang berhadapan dengan masalah besar. Yang mereka hadapi, kelompok yang dikatakan sebagai Islam garis keras itu, tidak ada apa-apanya. Ternyata.(nam)