Surban Sekaligus Helm


Seorang kiai tampak tergesa-gesa menyalakan motor bututnya. Ia harus secepat mungkin sampai di masjid agung yang berjarak sekira 3 kilometer dari kediamannya. Karena petang hari itu sang kiai ada jadwal untuk meng-imam-i shalat Maghrib.
Setelah mesin motor dinyalakan, sang kiai baru ingat bahwa ia tak menggunakan helm (pelindung kepala). Sebagai warga negara yang taat hukum, ia sadar bahwa tak mungkin mengendari motor tanpa pelindung kepala itu. Ia pun segera buru-buru mengambil helm di dalam rumahnya.
Eits… ada yang lupa lagi. Ia bingung bagaimana menggunakan helm, sementara surban sudah terikat rapi di kepalanya. Waktu yang semakin mepet, tak mungkin membongkar surbannya dan menggunakan helm, sementara ia harus memasang serta merapikan kembali surban setibanya di masjid tujuan.
Tak kehilangan akal. Ia melepas surban kebanggaannya lalu menggunakan helm. Belum selesai begitu saja. Demi menghemat waktu, dililitkannya surban tersebut pada helm yang ia gunakan. Lalu… tancap gas.

“Priiiiiiittttt….” Tampak di depan Pak Polisi yang sedang mengatur lalu lintas berusaha menghentikan laju motor sang kiai.
“Selamat petang, Pak Kiai,” sapa Pak Polisi.
“Selamat petang juga,” jawab sang kiai.
“Bisa saya lihat surat-suratnya,” pinta Pak Polisi.
Beruntung sang kiai membawa lengkap surat-surat yang diminta serta menunjukkannya pada Polisi di hadapannya.
“Kok nggak pakai helm, Pak Kiai. Mana helm-nya?” tanya Pak Polisi.
Tanpa ragu sang kiai melepas surban yang melilit dan menutupi helm yang digunakannya. “Ini,” ujarnya.
Sejenak Pak Polisi tersebut terdiam dan tampak berpikir. “Mmmmmmm…????” “Baik, silakan jalan kembali. Terima kasih.” (rif)