Gara-gara Teks Pidato


Seorang yang baru saja terpilih menjadi anggota dewan agak terkejut ketika mendapat tugas untuk memberikan sambutan pada sebuah acara peresmian proyek di kantor gubernur. Dia merasa kurang begitu mahir dalam bidang yang sedang digarap, padahal di lingkungan anggota dewan dia kebagian jatah bertugas di bidang itu. Untung saja dia punya banyak staf ahli yang pintar-pintar. Segera saja dia suruh para staf ahli membuatkan teks pidato.
Baiklah acara dimulai. Sambutan berikutnya atas nama anggota dewan. Kepada beliau dipersilakan!
Siang itu hujan deras. Si anggota dewan membaca teks pidato: "Bapak-bapak ibu-ibu, pada siang yang cerah ini..." Dia berhenti sejenak, sepertinya ada yang salah, tapi tak apalah sudah terlanjur, pidato diteruskan saja.
Pidato yang disampaikannya begitu panjang sampai menyita waktu hampir satu jam, sebuah kebiasaan yang tidak umum di acara-acara resmi gubernuran. Para hadirin pun kelihatannya sudah bosan, tapi dengan enaknya dia mengatakan: "Demikianlah sambutan singkat saya atas nama anggota dewan," sama persis seperti dalam teks tanpa merasa bersalah sedikitpun. Para hadirin saling pandang tapi merasa lega pidato sudah diakhiri.
Nah, payahnya lagi, di akhir pidato ia pun membacakan satu baris teks yang masih tersisa setelah salam penutup: "NB: Coret yang tidak perlu." (nam)