Pada berbagai kesempatan, ketua umum PBNU selalu mengampanyekan
paham Islam moderat yang berdasarkan konsep rahmatan lil alamin. Tidak
saja ke berbagai wilayah Indonesia, penyebarluasan paham itu juga dia
lakukan di negara-negara di Asia Tenggara, sejumlah negara Islam di
Timur Tengah, Amerika Serikat, bahkan hingga ke Vatikan.
''Saya pernah diundang Raja Bhumibol Adulyadej untuk mendamaikan
pertikaian pemerintah Thailand dan umat Islam di sekitar Pattani,
Thailand Selatan. Di sana raja sudah seperti dewa, jadi elek-elek ngene,
saya pernah diundang oleh dewa.''
Mantan Ketua PWNU Jatim ini jeda bicara sesaat, saat hadirin tertawa
mendengar selorohnya, ia mengatakan, ''Saya heran kenapa diundang untuk
mendamaikan pertikaian di negeri orang. Di NU sendiri, gegeran gak
uwis-uwis.''
Tak lupa, dia juga bercerita tentang Konferensi Islam Internasional (International Conference of Islamic Scholars/ICIS).
Konferensi yang diprakarsai NU itu digelar kali pertama pada akhir
2004 dengan menghadirkan pemuka-pemuka Islam dari berbagai belahan
dunia. Pertemuan untuk menyebarkan paham rahmat bagi seluruh alam itu
memperoleh respons positif dari berbagai negara.
''Kalau rezeki NU mencukupi, insya Allah akan digelar lagi pada 2006
mendatang. Itu bisa terwujud, jika Sampeyan semua mengirim SMS...''
Mendengar guyonan itu, nyaris ulama yang hadir tertawa sembari
bertepuk tangan. Lo, apa hubungan ICIS dengan SMS? Beberapa saat sebelum
cak Hasyim menyampaikan taushiyah, salah seorang Ketua PBNU H Rozy
Munir memperkenalkan SMS Infak yang merupakan hasil kerja sama dengan
operator seluler Telkomsel, Pro-XL, dan Indosat. Lewat program itu,
setiap nahdliyyin di mana pun berada, bisa berinfak Rp 5.000 atau Rp
10.000 ke Nahdlatul Ulama lewat SMS.
''Wis keplok kenceng-kenceng, durung mesthi kirim infak. Masiya didalili, ya ngerti dalile, tapi metu dhuwike tetep uangel (Sudah
bertepuk tangan keras-keras, belum tentu mengirimkan SMS infak.
Walaupun sudah diberi dalil, sudah tahu dalilnya, tapi uangnya tetap
tidak keluar--Red),'' imbuh Pak Hasyim yang lagi-lagi disambut tawa
hadirin.
(Achiar M Permana, Jamal Al Ashari)