Pengajian dan Pengkajian

Semua orang tahu ST Alisjahbana adalah seorang intelektual yang sangat gigih memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia, kalau perlu harus membebek ke Barat. �Semua pengetahuan haruslah bersifat ilmiyah, logis dan rasional dan tinggalkan semua bentuk mitos, takhayul  yang irasional, karena semua itu menghambat kemajuan bangsa. Karena itu di perguruan tinggi kita ini perlu kita galakkan segala pengkajian biar tidak kalah dengan Jepang, Cina atau Thailand,� demikian ceramah Rektor Unas itu  ketika menerima mahasiswa baru di kampusnya.
�Ingat ya kembangkan terus pengkajian, jangan pengajian, sebab pengkajian itu derajatnya lebih tinggi dari pada pengajian, pengajian itu irasional hanya menelan mentah-mentah omongan penceramah, sementara pengkajian itu menyeleksi, menguji dan menganalisis semua informasi pengetahuan dan data. Dari segi bahasa dan asal usul  keduanya sudah berbeda pengkajiaan menunjukkan peradaban yang tinggi, sementara pengajian hanya warisan masyarakat primitif�.
Mendengar ceramah pengarahan itu seorang mahasiswa yang berasal dari pesantren marah tersinggung, sehingga terpaksa mengajukan pertanyaan. �Benarkan istilah pengakjian lebih beradap ketimbang Istilah pengajian. Kalau begitu saya ingin bertanya dengan kata yang sama lebih beradab mana kata pangan dengan pakan�

�Ya sama saja keduanya kata benda �
�Tidak bisa Pak Profesor, pangan itu untuk manusia, sedangkan pakan itu untuk binatang. Analog dengan kata itu, maka menurut saya kata pengajian lebih beradab dari pengkajian�. �Mendengar sanggahan itu ST Alisjahbana yang ahli bahasa itu kaget dan terdiam lama, lalu berkata agak gugup� Oke nanti kita diskusikan bersama ahli bahasa�. �Bukan begitu Pak ST, yang penting sesama pengkhotbah jangan saling menghina.�(Breg)