Sorban kiai

Pasca reformasi, kran kebebasan dibuka selebar-lebarnya sebagai perwujudan demokratisasi. termasuk juga adanya multi partai yang awalnya cuma 3 menjadi lebih banyak lagi.
banyak tokoh masyarakat, para dosen, intelektual, pengusaha dan lainnya bergabung ke berbagai partai. Umumya  bagi tokoh islam dan sebagian kiai, mereka lebih memilih partai politik yang berafiliasi dengan ormas islam.
Namun ternyata ada juga seorang kiai yang memilih partai nasionalis sebagai tempat berjuangnya. dia akrab dipanggil dengan Gus.walau berbeda dengan partai kiai umumnya,   gus ini sangat PD (percaya diri) mengkampanyekan partai "merah" ini ke pesantren dan masyarakat. maklum namanya juga jurkam (juru kampanye).
"bagi saya,  apapun partainya, organisasi islamnya ya tetap NU," alasannya berkelakar saat ditanya kiai lainnya pada forum lailatul Ijtima' yang diselenggarakan NU Jatim. nampak hadir disitu para kiai dengan memakai jubah putih tak lupa sorban.

"dengan masuk ke partai ini, aspirasi warga NU yang memilih partai ini akan terakomodir, kiai," tambahnya.
"pokoknya kiai gak usah khawatir, saya tidak akan berubah menjadi tidak NU" jelas gus ini
"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu," kata salah seorang Kiai yang dipanggil kiai zaid
"tapi, kalau sorbannya nanti berubah nggak, gus," tanya kiai lainnya
"berubah bagaimana?" tanya  gus
"ya, barangkali dari putih ke merah," jawab kiai menyindir warna partai tersebut yang disambut gerrr hadirin. (alf)