Di sebuah pojokan Kota Solo, terdapat warung HIK tempat nongkrong warga sekitar. Tak terkecuali Mahmud juga ikut wedangan di sana.
Sembari menyeruput kopi tubruk panas yang baru dipesan, ia mendengarkan pembicaraan kawan-kawanya.
“Tanggal 30 mei nanti katanya mau ada pemutaran film Sang Kiai,” ujar Iwan.
“Betul, yang menarik bukan hanya karena nantinya akan menampilkan tokoh Kiai Hasyim. Melainkan...” kata Joko menimpali.
“Melainkan apa, Jok?” tanya Iwan.
“Katanya sih, bakalan ada cerita pertempuran 10 November di Surabaya itu lho?” lanjut Joko.
Tiba-tiba Mahmud nyeletuk, “Wah kalau aku yang jadi sutradaranya, pas adegan perang itu to, ada santri yang ikut berperang pakai sarung,”
“Lha terus, pas sedang klimaks adegan perang, santri tadi ikut maju menyerang, lari dengan gagah berani, tapi di tengah jalan, mak slurut... sarungnya melorot. Hehe pasti seru!” seloroh Mahmud di sambut tawa kawan-kawannya.
“Ah kwe ki Mud, ono-ono ae.” (Ajie Najmuddin)
Sembari menyeruput kopi tubruk panas yang baru dipesan, ia mendengarkan pembicaraan kawan-kawanya.
“Tanggal 30 mei nanti katanya mau ada pemutaran film Sang Kiai,” ujar Iwan.
“Betul, yang menarik bukan hanya karena nantinya akan menampilkan tokoh Kiai Hasyim. Melainkan...” kata Joko menimpali.
“Melainkan apa, Jok?” tanya Iwan.
“Katanya sih, bakalan ada cerita pertempuran 10 November di Surabaya itu lho?” lanjut Joko.
Tiba-tiba Mahmud nyeletuk, “Wah kalau aku yang jadi sutradaranya, pas adegan perang itu to, ada santri yang ikut berperang pakai sarung,”
“Lha terus, pas sedang klimaks adegan perang, santri tadi ikut maju menyerang, lari dengan gagah berani, tapi di tengah jalan, mak slurut... sarungnya melorot. Hehe pasti seru!” seloroh Mahmud di sambut tawa kawan-kawannya.
“Ah kwe ki Mud, ono-ono ae.” (Ajie Najmuddin)