Pelukis Nasirun punya langgar yang didatangkan langsung dari Madura.
Langgar terbuat dari kayu tersebut ada di halaman belakang rumahnya, di
Jalan Wates, Yogyakarta.
Uniknya, langgar itu berukuran mungil saja, kira-kira cuma 2x5 meter. Dan posisinya yang ada di sudut halaman, serta modelnya yang tidak seperti langgar pada umumnya, membuat banyak orang bertanya.
Suatu hari ada tamu yang bertanya kepada Nasirun. "Kang, iku nggon apa sing ning pojok? Kok cilik nemen?" tanya tamu asal Cilacap. Maksdunya, "Kang, itu tempat apa yang di sudut? Kok kecil sekali."
"Itu langgar. Sengaja saya beli yang berukuran kecil. Ukurannya sama seperti ukuran kulkas orang-orang kaya," jawab Nasirun enteng.
Uniknya, langgar itu berukuran mungil saja, kira-kira cuma 2x5 meter. Dan posisinya yang ada di sudut halaman, serta modelnya yang tidak seperti langgar pada umumnya, membuat banyak orang bertanya.
Suatu hari ada tamu yang bertanya kepada Nasirun. "Kang, iku nggon apa sing ning pojok? Kok cilik nemen?" tanya tamu asal Cilacap. Maksdunya, "Kang, itu tempat apa yang di sudut? Kok kecil sekali."
"Itu langgar. Sengaja saya beli yang berukuran kecil. Ukurannya sama seperti ukuran kulkas orang-orang kaya," jawab Nasirun enteng.
"Tapi fungsi langgarku besar lho, Kang," lanjut Nasirun, dengan dialek Cilacap yang medok.
"Apa iyya?" tamu penasaran.
"Iya. Setelah ada langgar itu, anakku makin tahu, mana kulkas dan mana langgar," ujar Nasirun sekenanya, sambil terkekeh-kekeh. (Hamzah Sahal)