Alkisah, seorang fulan yang hidup di Mekkah selalu menaiki onta setiap
hendak menunaikan shalat Jum’at. Ia tidak pernah telat sampai Baitullah.
Ia berangkat dari kediamannya pagi-pagi.
Namun suatu ketika onta yang ditumpanginya lambat sekali jalannya. Ia mulai galau.
Ia merogoh saku. Tiba-tiba ia menemukan balsem. Balsem pun dioleskan ke dubur onta. Dan… sontak onta lari tunggang langgang. Ia ditinggal begitu saja.
Tak hilang akal. Sisa balsem lalu dioleskan di bagian tubuh si fulan, sama persis dengan si onta. Sontak si fulan pun berlari kencang mendahului onta yang berlari terlebih dahulu. (Syaiful Mustaqim)
Namun suatu ketika onta yang ditumpanginya lambat sekali jalannya. Ia mulai galau.
Ia merogoh saku. Tiba-tiba ia menemukan balsem. Balsem pun dioleskan ke dubur onta. Dan… sontak onta lari tunggang langgang. Ia ditinggal begitu saja.
Tak hilang akal. Sisa balsem lalu dioleskan di bagian tubuh si fulan, sama persis dengan si onta. Sontak si fulan pun berlari kencang mendahului onta yang berlari terlebih dahulu. (Syaiful Mustaqim)