Suradal, adalah salah satu santri Mbah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Ia
termasuk orang yang gemar dan tidak pernah absen dalam acara-acara
besar yang diadakan oleh NU. Pada tahun 1999, ia bersama rombongan
jajaran Pengurus Wilayah NU DIY ikut dalam muktamar NU yang ke-30 di
Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Di tengah-tengah mukhtamar, Suradal diperintahkan para kiai untuk mengantarkan rombongan para ibu-ibu Muslimat NU DIY untuk sowan ke dalemnya para kiai di Kediri. Sebagai seorang santri, Suradal mengiyakan tanpa pikir lagi.
Setelah seharian sowan ke ndalemnya para kiai, rombongan ibu-ibu Muslimat yang ikut meramaikan Muktamar ini langsung pulang menuju Yogyakarta. Suradal yang tidak tau menahu akan rencana tersebut, menjadi panik. Betapa tidak, seluruh barang-barangnya masih tertinggal di acara muktamar. Nasi sudah menjadi bubur, akhirnya ia tidak bisa mengikuti acara muktamar NU secara keseluruhan, gara-gara menjadi kondektur dadakan.
“Ya wis, aku njur langsung melu bali nang jogja sisan (Ya sudah, akhirnya saya langsung ikut balik ke jogja),” ujar Suradal dengan tertawa. (Rokhim Bangkit).
Di tengah-tengah mukhtamar, Suradal diperintahkan para kiai untuk mengantarkan rombongan para ibu-ibu Muslimat NU DIY untuk sowan ke dalemnya para kiai di Kediri. Sebagai seorang santri, Suradal mengiyakan tanpa pikir lagi.
Setelah seharian sowan ke ndalemnya para kiai, rombongan ibu-ibu Muslimat yang ikut meramaikan Muktamar ini langsung pulang menuju Yogyakarta. Suradal yang tidak tau menahu akan rencana tersebut, menjadi panik. Betapa tidak, seluruh barang-barangnya masih tertinggal di acara muktamar. Nasi sudah menjadi bubur, akhirnya ia tidak bisa mengikuti acara muktamar NU secara keseluruhan, gara-gara menjadi kondektur dadakan.
“Ya wis, aku njur langsung melu bali nang jogja sisan (Ya sudah, akhirnya saya langsung ikut balik ke jogja),” ujar Suradal dengan tertawa. (Rokhim Bangkit).