Suatu ketika sahabat KH Syamsudin Asrofi asal Lampung yang dulu pernah mondok bareng bersilaturrahim ke rumahnya. Sebagai penghormatan kepada sahabatnya Kiai Syamsudin memberi hidangan berupa makan.
Singkat cerita, hidangan sudah disediakan kiai dan mereka tampak makan bersama-sama. Namun sendok yang ada di atas piring tidak digunakan teman Wakil Ketua PWNU Jateng itu.
"Kenapa tidak pakai sendok?"
"Sendok kan bid’ah, tidak pernah ada pada masa nabi," kata si tamu cuek. Ia asyik muluk, makan menggunakan tangan.
Pada sesi makan berikutnya, Kiai Syamsudin meminta istrinya memasak sup untuk tamu istimewanya itu. Saat menghidangkan, sesuai perintah kiai, sup dihidangkan dalam keadaan yang masih mendidih dan tanpa dikasih sendok, khusus untuk tamu.
“Mari dimakan kang!” ajak Kiai Syamsudin.
“Ya terima kasih,” jawab tamu dari Lampung itu.
Beberapa kali disuruh untuk makan, dia tidak lantas makan. Namun karena sudah kuat menahan lapar akhirnya si tamu bersoloroh kepada shohibul bait. “Sendoknya mana kiai!” pinta tamu kepada tuan rumah.
“Jaremu (katamu, red) bid’ah kang!” ledek kiai sembari tersenyum ringan.
“Masak makan sup panas pakai tangan!” kata tamunya.
Kiai Syamsuddin lalu meminta istrinya untuk mengambilkan 1 sendok buat tamu istimewanya. (Syaiful Mustaqim)
Singkat cerita, hidangan sudah disediakan kiai dan mereka tampak makan bersama-sama. Namun sendok yang ada di atas piring tidak digunakan teman Wakil Ketua PWNU Jateng itu.
"Kenapa tidak pakai sendok?"
"Sendok kan bid’ah, tidak pernah ada pada masa nabi," kata si tamu cuek. Ia asyik muluk, makan menggunakan tangan.
Pada sesi makan berikutnya, Kiai Syamsudin meminta istrinya memasak sup untuk tamu istimewanya itu. Saat menghidangkan, sesuai perintah kiai, sup dihidangkan dalam keadaan yang masih mendidih dan tanpa dikasih sendok, khusus untuk tamu.
“Mari dimakan kang!” ajak Kiai Syamsudin.
“Ya terima kasih,” jawab tamu dari Lampung itu.
Beberapa kali disuruh untuk makan, dia tidak lantas makan. Namun karena sudah kuat menahan lapar akhirnya si tamu bersoloroh kepada shohibul bait. “Sendoknya mana kiai!” pinta tamu kepada tuan rumah.
“Jaremu (katamu, red) bid’ah kang!” ledek kiai sembari tersenyum ringan.
“Masak makan sup panas pakai tangan!” kata tamunya.
Kiai Syamsuddin lalu meminta istrinya untuk mengambilkan 1 sendok buat tamu istimewanya. (Syaiful Mustaqim)