Bulan sya’ban
telah tiba, sebagian masyarakat kita menamakan bulan sya’ban dengan
bulan ruwah. Kata ruwah identik dengan kata arwah, memang keduanya
saling berhubungan.
Dinamakan bulan ruwah karena bulan ini adalah bulan di mana para
arwah leluhur yang telah mendahului kita menengok keluarga yang
ditinggalkan di dunia. Dan keluarga yang masih hidup berbondong-bondong
mendoakan arwah para leluhur menjelang bulan ramadhan. Baik melalui
do’a, sedekah, tahlil dan tahmid maupun langsung berziarah ke kubur.
Bulan sya’ban menjadi bulan special, artinya ada beberapa tradisi
yang berlaku di bulan ini yang tidak dilaksanakan pada bulan-bulan lain.
Diantara tradisi itu adalah menengok makam atau meziarahi kubur orang
tua, kakek-nenek, saudara, sanak family, suami atau istri, anak atau
bapak yang telah mendahului.
Ada banyak macam nama untuk tradisi ziarah kubur menjelang bulan
Ramadhan atau di akhir bulan Sya’ban. Sebagian mengatakan dengan istilah
arwahan, nyekar (sekitar Jawa Tengah), kosar (sekitar JawaTimur),
munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya. Bagi sebagian
orang, hal ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa
ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadhan.