Ketika perdebatan pembaruan ahlussunnah memuncak, maka
diselenggarakan seminar serius untuk mempertemukan dua kubu yang
bertikai, termasuk pelopor pembarunya. Sebagai sarjana yang baru pulang
dari Mekah Said Agil agak keder menghadapi kegarangan penentangnya,
tetapi Ketua PBNU Gus Dur, bilang, tenang aja, nanti saya akan dampingi
sampean para kiai tidak akan menggorok sampean. Maka dengan tenang Kiai
Said Agil menghadiri ruang seminar, hingga seminar dimulai sampai
berakhir, Gus Dur tidak pernah datang, sementara Said Agil digebuki
babak belur, dan ia merasa dirinya dilempar Gus Dur ke ladang
pembantaian.
Said Agil hanya bisa menggerutu, dan gerutuannya itu lama-kelamaan
ada yang menyampaikan ke Gus Dur. Dengan santai Gus Dur menjawab, ha ..
ha ..ha..baru tau, begitulah kalau mau melakukan pembaruan di NU, memang
penuh risiko, pembaruan populis harus siap digebuki umat, saya dulu
juga dibegituin kok. Itu bedanya dengan pembaruan dikalangan Islam kota
yang burjuis, berjalan mulus, tanpa resiko, tetapi ya itu ...berlalu...
tanpa bekas".