Dalam kitab مخنى المحتاج
juz I, disebutkan bahwa menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal,
hukum membaca Talqin bagi mayit yang sudah mukallaf setelah selesai
dikubur itu hukumnya disunahkan. Orang yang membaca talqin itu duduk di
arah kepala kuburan mayit, kemudian berkata kepada mayit:
ياَعَبْدَاللهِ ابْنَ
أَمَةِ اللهِ اُذْكُرْمَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدَّارالدُنْياَ
شَهَادَةَ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَنَّ ُمحَمَّدًارَسُوْلُ اللهِ
وَاَنَّ اْلجَنَّةَ حَقٌّ وَاَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَاَنَّ اْلبَعْثَ حَقٌّ
وَاَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لاَرَيْبَ فِيْهَا وَاَنَّ اللهَ َيبْعَثُ
مَنْ فِى اْلقُبُوْرِ وَاَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلإِسْلاَمِ
دِيْنَا وَِبمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالقُرْآنِ اِمَامً وَبِالْكَعْبَةِ
قِبْلَةً وَبِاْلمُؤْمِنِينَ اِخْوَاناً. رواه الطبر انى فى الكبير
“Ya Abdullah bin Amatillah; ingatlah apa
yang kamu keluar atasnya dari dunia ini: Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan
kecuali Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
sesungguhnya surga itu benar, neraka itu benar, kebangkitan itu benar
dan hari qiyamat pasti datang tidak diragukan lagi, dan sesungguhnya
Allah akan membangkitkan manusia dari kubur dan sesungguhnya engkau
telah ridla bahwa Allah sebagai Tuhanmu dan Islam agamamu dan Muhammad
Nabimu dan Al-Qur’an panutanmu dan Ka’bah kiblatmu dan orang-orang
mu’min saudaramu”. (Hadits diriwayatkan Thobroni).
Menurut Imam Nawawi, walaupun hadits ini dha’if, tetapi dikuatkan oleh
beberapa hadits lain yang shahih dan firman Allah;
وَذَكِّرْ فَاِءنَّ الذِكْرَ تَنْفَعُ اْلمُؤْمِنِينَ
“Dan berilah peringatan sesungguhnya peringatan itu bermanfa’at bagi orang-orang yang beriman”.
Selanjutnya, dapat dilihat juga dalam kitab Nailul Awthar juz. IV, sebagai berikut;
رَوِيَ عَنْ رَاشِدِبْنِ
سَعْدٍ وَضَمْرَةَ بْنِ حَبِيْبٍ وَحَكِيْمِ بْنِ عَمِيرٍ قَالُوْااِذَا
سَوَى عَلَى اْلمَيِّتِ وَانْصَرَفَ النَّاسَ عَنْهُ كَانُوْا
يَسْتَحِبُّوْنَ اَنْ يُقَالَ لِلْمَيِّتِ عِنْدَ قَبْرِهِ يَافُلاَنُ قُلْ
لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ ثَلاَثَ
مَرَّاتٍ يَافُلاَنُ رَبِّىَ اللهُ وَدِيْنِ اْلإِسْلاَمُ وَنَبِيّىِ
ُمحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. رواه سعيد
“Diriwayatkan dari Rasyid bin Sa’ad dan
Dlamrah bin Habib dan Hakim bin Umair mereka berkata: Apabila telah
diratakan kuburan atas mayyit dan orang-orang telah pergi mereka
mensunnahkan untuk dikatakan kepada mayyit di atas kuburnya; Yaa Fulan,
katakan! Tidak ada Tuhan kecuali Allah tiga kali; Yaa Fulan, katakan!
Tuhanku Allah agamaku Islam, Nabiku Muhammad SAW kemudian pergilah”.
Dalam kitab الحاوى للفتاوى juz. II, karya Al-Imam Sayuthi mengungkapkan:
مَارُوِيَ عَنِ النَّبِىِّ
صَلَّى الله عليه وسلم اَنَّهُ لمَاَّ دُفِنَ وَلَدُهُ اِبْرَاهِيْمُ
وَقَفَ عَلَى قَبْرِهِ فَقَالَ يَا بُنَيَّ اْلقَلْبُ َيحْزَنُ وَاْلعَيْنُ
تَدْمَعُ وَلاَ نَقُوْلُ مَايُسْخِطُ الرَّبَّ. اِنَّاِللهِ وَاِنَّا
اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ يَاُبَنَيَّ قُلِ اللهُ رَبِّى وَالإِسْلاَمُ دِيْنِى
وَرَسُوْلُ اللهِ أَبِى فَبَكَتِ الصَّحَابَةُ وَبَكَى عُمَرُبْنُ
اْلَخطَّابِ بُكَاًء اِرْتَفَعَ لَهُ صَوْ تُهُ فَاْلتَفَتَ النَبِىُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى عُمَرَ يَبْكِى وَالصَّحَابَةُ
مَعَهُ فَقَالَ يَاعُمَرُ مَا يُبْكِيْكَ ؟ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ
هَذَا وَلَدُكَ وَمَابَلَغَ اْلحُلُمَ وَلاَ جَرَى عَلَيْهِ اْلقَلَمُ
وَيَحْتَاجُ اِلىَ مُلَقِّنٍ مِثْلِكَ يُلَقِّنُهُ التَّوْحِيْدَفىِ مِثْلِ
هَذَااْلوَقْتِ. قَمَا حَالُ عُمَرَ وَقَدْ بَلَغَ اْلحُلُمَ وَجَرَى
عَلَيْهِ اْلقَلَمُ وَلَيْسَ لَهُ مُلَقِّنٌ مِثْلُكَ, اَىُّ شَىْءٍ
تَكُوْنُ صُوْرَتُهُ فِى مِثْلِ هَذِهِ اْلحَالَةِ فَبَكَى النَّبِىُّ
صَلَّى الله عليه وسلم وَبَكَتِ الصَّحَاَبةُ مَعَهُ وَنَزَلَ جِبْرِيْلُ
وَسَأَلَ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبَبَ
بُكَاِئِهمْ فَذَكَرَالنَّبِىَّ صَلَّى الله عليه وسلم مَاقَالَهُ عُمَرُ
وَمَاوَرَدَ عَلَيْهِمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَصَعِدَ جَبْرِيْلُ وَنَزَلَ وَقَالَ رَبُّكَ يُقْرِئُكَ السَّلاَمَ
وَيَقُوْلُ يُثَبِّتُ اللهُ اَّلذِيْنَ ءَامَنُوْابِاْلقَوْلِ الثَاِبتِ
فىِ اْلحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى اْلآخِرَةِ يُرِيْدُ بِذَلِكَ وَقْتَ
اْلمَوْتِ وَعِنْدَ السَّؤَالِ فِى اْلقَبْرِ..
“Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwasannya
tatkala putranya Ibrahim telah dikubur, Rasulullah berdiri di atas
kuburnya; kemudian beliau bersabda: Wahai anakku, hati berduka cita dan
air mata mengalir. Dan kami tidak mengatakan sesuatu yang membuat Allah
jadi murka. Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Wahai anakku katakanlah! Allah Tuhanku dan Islam agamaku, dan Rasulullah
ayahku, maka menangislah para sahabat dan menangis pula pula sayyidina
Umar Ibnul Khattab dengan tangisan yang nyaring, maka menoleh Rasulullah
dan melihat Umar menangis bersama para sahabat lainnya, Rasulullah SAW
bersabda; ya Umar mengapa engkau menangis? Umar menjawab: Ini putramu
belum baligh dan belum ditulis dosanya, masih menghajatkan kepada orang
yang mentalqin seperti engkau, yang mentalqin tauhid pada saat seperti
ini, maka bagaimana keadaan Umar yang telah baligh dan telah ditulis
dosanya tidak mempunyai orang yang akan menalqin seperti engkau, dan apa
gambaran yang akan terjadi di dalam keadaan yang seperti itu, maka
menangislah Nabi SAW dan para sahabat bersamanya; kemudian Jibril turun
dan bertanya kepada Nabi sebab menangisnya mereka, kemudian Nabi
menyebutkan apa yang dikatakan Umar dan apa yang datang kepada mereka
dari perkataan Nabi SAW. kemudian Jibril naik dan turun kembali serta
berkata : Allah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: Allah
menetapkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang tetap di dunia
dan di akherat, yang dimaksud di waktu mati dan di waktu pertanyaan di
kubur.”
Kepada yang masih hidup, talqin itu mempunyai
mashlahat yang sangat besar, karena dengan mendengarnya mereka dapat
mengingat dan menyiapkan diri pada kematian dirinya.
KH Nuril Huda
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)