Seorang aktivis muda NU sangat menghayati arti pluralisme, pendeknya
tidak ada kehidupan bersama bisa berlangsung damai tanpa sikap itu, maka
ia pegangi sikap itu secara fanatik, pokoknya berniat akan membuang
semua sekat etnis dan keagamaan yang masih melekat.
Suatu hari is mendeklarasikan dalam sebuah seminar, bahwa untuk
membuktukan sikap pluralismenya, maka ia berjanji tidak mau kawin sesama
islam, apalagi sesama anak NU, sebab is sendiri anak seorang kiai ia
menegaskan bahwa dirinya hanya akan kawin dengan anak seorang pastur.
"He... entar dulu Mas, pastur itu kan tak punya anak, karena tidak boleh kawin" sela temannya.
"Masa iya ? " tanyanya seolah tak percaya "Tuhan aja boleh punya anak masak Pastur tak punya anak !"
"He... entar dulu Mas, pastur itu kan tak punya anak, karena tidak boleh kawin" sela temannya.
"Masa iya ? " tanyanya seolah tak percaya "Tuhan aja boleh punya anak masak Pastur tak punya anak !"